WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Senin, 30 Agustus 2010

Kelapa & Durian

Sun, January 31, 2010 8:26:01 PM

Siang hari, saat matahari bersinar memanasi bumi, pohon Kelapa dan pohon Durian saling berbagi pengalaman.

Kelapa menyapa lebih dulu Durian, "Duren, waah seneng banget ya...hari hari ini sejak Desember, kalau tidak salah, dirimu sudah banyak menghasilkan buah, diikat dirimu ke batang pohon, agar tidak jatuh ke tanah, lalu dijual. Waah buahmu harum banget! Apalagi kalau buahmu dicampur susu cair dan es, uihhhh...seger banget rasanya!"

Durian membalas, "Yeee, kelihatannya aku senang ya...nggak tahuuuu...! Aku tuh jadi durian susyaaaaah.. ..!" Kelapa kaget, "Lho, kenapa susyaaah...? Kan dirimu disayangi tuanmu, terus daging buahmu juga disenangi banyak orang!"

Jawab Durian, "Kelapa, apa yang engkau lihat menyenangkan, sebenarnya menyakitkan! Aku tuh disayangi tuanku, karena aku bisa dijual, lalu uangnya bisa untuk beli Black Berry baru, beli sepeda motor, nyicil perumahan, meski sudah punya rumah 3 buah!"

Sahut Kelapa, "Yaaa, jadi dirimu tersinggung karena dirimu dijual begitu?"

Kata Durian, "Iya bener, Kelapa! Aku tuh ingin sebenarnya tidak dijual, bagikanlah aku gratis kepada siapapun yang menginginkan buahku ini. Wajar nggak sih, aku dijual, padahal tuanku itu hanya menanam, semuanya yang memberiku rasa enak, kulit yang kuat, daging yang manis, rasa alkohol yang segar, semuanya dari Tuhan, kan? Tapi kenapa anugerah Tuhan kok dijual?"

Kelapa mengangguk angguk, "Oh iyaa...kenapa begitu ya... apa sebenarnya layak, seorang manusia itu menjual mahal yang bukan hasil jerih payahnya sendiri? Aku apa lagi, lebih menyakitkan sebenarnya. Aku sering berjatuhan sendiri kalau sudah tua, bahkan kalau dipetik pun, langsung dilempar!"

Sahut Durian, "Ya, ternyata kita semua, sama ya merasakan sakit hidup ini, cuma berbeda tempat! Padahal dirimu itu banyak berguna untuk menyedapkan masakan, minyakmu yang murni menjadi penurun kolesterol, bukan. Batangmu berguna untuk tiang penyanggah atap rumah! Batang daunmu juga berguna untuk sapu lidi. Belum lagi serabut kelapamu bisa menjadi pupuk bukan? Bandingkan diriku, setelah dagingku dimakan, bijiku belum tentu dirawat dan ditanam lagi, tapi dibuang ke sampah. Kulitku, juga paling hanya berguna sebagai "kayu bakar" kalau sudah dijemur dan dikeringkan. "

Sahut Kelapa, "Durian, jangan begitu pesimis melihat dirimu sendiri! Kamu melambangkan situasi dunia ini yang kelihatan jelek luarnya belum tentu dalamnya juga jelek. Kulitmu berduri dan tajam, tapi dagingmu luar biasa nikmat rasanya!" Bukankah orang hidup juga begitu? Jangan menomorsatukan penampilan, tapi utamakanlah kualitas batinmu!"

Balas Durian, "Iya benar ya, tapi dirimu juga tidak kalah Kelapa! Engkau bisa jadi lambang pribadi manusia yang dewasa. Akar dan batangmu bisa mengubah air yang hitam dan berbau itu menjadi air yang segar, kan? Luar biasa begitu, sehingga buah kelapamu yang muda pun, bisa menjadi penyembuh dahaga di siang hari begini."

Kelapa tersenyum, "Iya ya..itulah karisma yang diberikan Tuhan kepadaku! Bukankah engkau juga punya karisma yang istimewa? Coba akar dan batangmu bisa mengubah kandungan tanah itu menjadi buah yang beralkohol, manis lagi!"

Lanjut Durian, "Jadi, pantas ya kita bersyukur, agar kita merasa diri ini tidak lagi sakit hati, juga kalau diperlakukan seenaknya sebagai barang komoditi saja!"

Kata Kelapa, "Iya, moga moga, manusia hanya menjual buah-buah kita, tapi jangan sampai manusia itu merendahkan harga diri sesamanya!"

Jawab Durian, "Iya benar, ya...kalau merendahkan kita sih nggak masalah! Wong kita ini sudah memang jadi santapa mereka, bukan?"

Matahari mulai condong ke arah Barat, tanda ia mau bersembunyi lagi, untuk menyinarkan cahayanya di belahan bumi lain. Petang pun mulai tiba.

"Kelapa, aku pamit dulu ya" kata Durian.

Kelapapun menjawah ramah, "Okey Durian, aku juga mau pamitan, sambil menantikan terbitnya Sang Fajar di hari esok."

Sahut Durian, "Iya, Kelapa, malam boleh tiba, tapi fajar pun tidak pernah lupa untuk terbit!"  

write an serayunet-net@yahoogoups.com, 

Tidak ada komentar: