WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Sabtu, 28 Agustus 2010

Nggak salah, pohon jambu mete jadi hiasan Natal?




Dec 6, '09 7:26 AM
untuk
Tidak seperti biasanya, Judesanti selalu kelihatan ceria dan banyak cerita. Kali ini dia lebih sering diam. Tanpa diduga, Minggu siang ini, Mas Trimbil datang. "Hai Judes.....apa kabar?" Judesanti kaget, "Hai....Akang...Kumaha damang, aduuh..kasep pisan euy?" Trimbil tersipu-sipu, "Aya aya wae...abdi mah biasa Neng!" Judesanti lalu mempersilahkan duduk. Judesanti masuk ruang makan, mengambil minum "lemon tea", kesukaan Trimbil. "Nih Kang, lemon tea! Suka kan?" Trimbil malu malu, "Iya..makasih ya..!" 


Thok Thok....pintu ruang tamu tiba tiba diketuk, "Mangga....!!" Ternyata Panurata datang bersama Jerawati..! Dengan ramah, Judesanti menyambut tamu mereka. "Waaah...kok bisa bareng nih ke rumahku? Sudah kencan ya...?" Batin Jerawati, "Enak aja kencan!!" Jerawati manyun, sementara Panurata malah tertawa, "Ya Iyalah...tentu kencan dong!!" Sahut Jerawati, "Ngaco...!Jangan dengarkan sandirawa Mas Panu!! Judesanti dan Trimbil tertawa, "Ha ha....mana yang benar nih! Trimbil menyahut, "Kang Panu memang mengakui jujur, atau Neng Jerawati nih yang nggak mau ngaku he he he! Judesanti menimpali, "Oh iya..iyaa beneeer!!" Trimbil menengahi, "Hayo hayo...duduk santai saja...kita ngobrol ngobrol. Biar ngobrol kita enak, mau minum apa nih? Panurata langsung menyahut, "Waaah...tuan rumahnya sudah ganti Mas Trimbil ya...?" Trimbil pun tersenyum, "Lho, aku itu orang hangat....jadi menawarkan minuman, kan minumannya tidak harus ambil ruang makan, tapi aku bisa keluar sebentar nah...cari minuman yang lebih enak ha ha ha...! Untuk mengurangi rasa malu, Judesanti pun ikut nimbrung, "Iyaa tuh...sejak kapan mau jadi pengganti tuan rumah ini!! Sinarieun, euy...lagi dapat gaji ke-13 kaleeee!!" Jerawati menimpali, "Iya ya...biasanya Trimbil mah pelit, kok tiba tiba murah hati...!!" Sahut Panurata, "Waaah...iyaa...jangan jangan..... ada udang di balik bakwan euyyy!!" Trimbil hanya tersenyum, "Terserah, yang penting, aku kan mau berbuat baik untuk kalian semuanya..! Panurata menimpali, "Khususnya untuk siapa ya....??" Sahut Trimbil, "Ada deh...want to know gitu...!!" Jerawati melirik Judesanti, "Waaah...siapa ya...!!" Judesanti hanya mengerdipkan matanya. Trimbil lalu pamitan, "Sudah ya..jangan dibahas lagi, nanti bahasnya..sekarang mau minum apa?" Panurata dan Jerawati pesan Es Shanghai dan Judesanti pesan es durian!" Trimbil lalu berdiri, "Okey, kita makan mie pangsit yang enak ya..!" Trimbil keluar sebentar ke rumah makan "Asyik Coy!", 100 meter dari rumahnya.

Setengah jam kemudian, Trimbil sudah membawa pesanan minuman dan mie pangsit. Sambil makan dan minum mereka terlibat pembicaraan untuk mempersiapkan natal di Paroki St. Jean Mary Vianney, di kota tempat tinggal mereka di Gemah Ripah! Mas Trimbil membuka pembicaraan, "Kebetulan Rm Sinten memberi kepercayaan agar aku jadi koordinator panitia natal tahun ini. Kira kira kalian punya usul nggak nih...?" Jerawati menyahut, "Mas Trimbil, aku punya usul, gimana kalau tahun ini kita tidak usah pakai pohon cemara, tapi kita gunakan pohon jambu mete, Mas!" Panurata, teman specialnya Jerawati membantah, "He he he...lha kok aneh mau pakai jambu mete segalaaa....!Nggak salah tuhh? "
"Sahut Jerawati, "Ya nggaklah ya....makanya dengarkan dulu kata Ibu Guru ini...he he!" Panurata langsung manyun, "Hem yang lagi seneng jadi Ibu Guru...!" Trimbil menimpali, "Ya sudah, kita dengarkan penjelasan Ibu Guru!" 

Jerawati pun langsung menjelaskan, "Pohon Jambu Mete itu, akarnya bisa menyuburkan tanah, juga di tanah yang kadar kapurnya tinggi! Akar tunggangnya lebih dari 3 m dalamnya dan akar-akar penyerap hara menancap sedalam 6 m. Akar penyerap ini mempunyai fungsi menyerap air maupun zat makanan. Dengan akar sedalam begitu, Pohon jambu mete itu bisa hidup di daerah kering sekalipun, karena akarnya akan mudah beradaptasi dan mencari air tanah sendiri. Akibatnya, tanah yang tadinya kering malah bisa basah karena akar pohon jambu mete ini." Panurata tersenyum, "Waaah...ternyata luar biasa yaa...!" Trimbil menimpali, "Maksudmu siapa nih yang luar biasa??" Judesanti langsung menyahut, "Jelas Diajeng Jerawati gitu lhooo, kok pakai nanya segala!" Sahut Trimbil, "Jadi kalau begitu, pohon jambu mete itu bisa menjadi simbol kehadiran Yesus yang mengakar dalam kekeringan hidup manusia akibat dosa!" Sahut Jerawati, "Naaah....benar...seratus untuk Mas Trimbil!" Panurata cuma nyengir, "Hemm.....ternyataa.....!!

" Tanya Judesanti, "Ternyata apa nih Akang Panu...?" Panurata tersenyum, "Ternyata, Jerawati hebat euyyyy....!!" Jerawati tersenyum simpul.."Ya, Iyalaah....siapa aku gitu looh....!!" Panurata menyahut, "Yeeee....kok malah tanya siapa aku!! Habis dipuji kok malah bingung ama dirinya, siapa aku!!!" Judesanti dan Trimbil tertawa, "Ha ha ha, aya aya wae, kang Panu!! Jerawati menimpali, "Biasalah, kalau sudah kalah ide ya begitu deh...cari cari kesempitan untuk ngerjain aku...tapi...yang penting...dia sudah kalah, 1 - 0!!" Panurata pun tidak mau kalah, "Iyeee...yang lagi jadi selebritis di Paroki...!!" Sahut Jerawati, "Iya dong, emang penting buat aku jadi selibritis, yang penting aku kan nggak pernah jadi selibritis! Weeek...!!!" Trimbil menengahi, "Iya sudah...kita teruskan, jadi...kita usulkan ke Romo Sinten, nanti dalam rapat panitya Natal untuk menggunakan "pohon jambu mete!!" Nah, intinya tadi, pohon jambu mete itu punya akar yang luar biasa fungsinya, sanggup tumbuh dan beradaptasi di tanah yang kering (curah hujannya 800-1000mm). Yesus lahir dalam "kekeringan hidup manusia!" Judesanti, Jerawati dan Panurata, mengiyakan, "Okey....!!" Tambah Judesanti, " Tinggal diwujudkan dalam dekorasi, dan persembahan...!!"


Hari sudah sore, kira kira jam 15. Mereka pun lalu menutup perjumpaan mereka yang ser-san (serius tapi santai) dengan doa Koronka. Trimbil, Panurata dan Jerawatipun lalu pulang untuk mempersiapkan rapat Panitia Natal malam ini di Parokinya. 

Tidak ada komentar: