WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Jumat, 20 Agustus 2010

Janganlah menerima kelemahan sesamamu!

oleh Blasius Full pada 13 Mei 2010 jam 8:21

http://antonjunzzz.files.wordpress.com/2008/10/kekuatan-or-kelemahan.jpg
Apakah Anda kaget membaca judul artikel ini? Sungguhkah begitu? Apalagi yang
bicara seorang pastor lagi...wah ada apa neh! Saya tidak punya maksud untuk
meruntuhkan keyakinan Anda semua, tapi mau bermaksud membuat sebuah "konstruksi"
baru terhadap pemahaman kita yang selama ini "mapan" dan kelihatan "saleh"!
Nasihat itu sering dilontarkan sebelum calon pasutri menikah atau mereka yang
hidup bersama. Benarkah kita mesti menerima kelemahan seorang suami yang tidak
sungguh berusaha untuk bangun lebih awal? Maukah kita menerima terus menerus
seorang isteri yang reaktif dan cepat "ngedumel"? Maukah seorang suami menerima
kelemahan isteri yang tidak bisa mengatu ekonomi rumah tangga? Maukah seorang
isteri menerima suami yang tidak mau tahu, lebih baik tidur di kamar lain
daripada terganggu tangisan anaknya tengah malam? Dan masih banyak lagi
kelemahan yang kerap kali "suami -isteri" terpaksa harus menerima dalam keadaan
tertekan.

Kelemahan itu semua mengganggu hidup bersama. Namun ada cara lain yang
ditawarkan Yesus, yakni mengubah kelemahan sesamaku, bahkan diriku, menjadi
peluang dan kesempatan penuh rahmat untuk tumbuh dan berkembang seturut sabda
Tuhan. Betapa Yesus tidak pernah berhenti bersabda, "Kasihilah musuhmu" Orang
yang dianggap musuh justru diperlakukan sebagai pribadi yang pantas dicintai!
Demikianlah juga orang-orang yang "dianggap mengganggu dan mengancam' kemapanan
kita bisa diperlakukan sebagai pribadi yang paling pantas diperhatikan. Itulah
"konstruksi baru" yang mesti dibangun kembali, supaya kelemahan itu bukan lagi
'diterima tanpa syarat", melainkan "kelemahan manusiawi" sebaliknya mesti
dijadikan kesempatan yang istimewa untuk berkembang. Kelemahan orang lain itu
membuat akar-akar egoisme tercabut kalau kita mau memperlakukannya sebagai
"undangan" untuk berubah.

Dulu Sanny suka marah-marah kalau Johny suaminya selalu menilai masakannya
terasa tidak enak. Namun sekarang Sanny justru meminta Johny untuk mencicipi dan
menilai masakannya, dan bertanya, apa yang kurang, kurang manis, asin, atau
masih belum enak. Setelah berinisiatif bertanya begitu, Johny malah balik
memuji, "Sudah enak kok, nggak seperti kemarin!" Padahal, rasa masakan Sanny tidak berbeda dengan kemarin. 

Trimbil juga merasa mangkel karena isterinya, Jerawati suka cerewet. Kombinasi
warna pakaian Trimbil dan celananya sering tidak enak dipandang mata. Karena
itu Jerawati suka mengkritik, dan "ngomel", 'Tahu nggak sih pilih warna?"
Trimbil juga kesel dan cuma diam terus. Namun sekarang setelah tidak menerima
kelemahan isterinya, dia malah balik berinisiatif, "Jeng, pakaianku sudah serasi
apa belum dengan celanaku?" Jerawati malah dengan santai menjawab, "Sudah kok,
sekarang kok tambah pinter! Padahal pakaian Trimbil sama dengan minggu yang
lalu saat Jerawati mencela. Perubahan paradigma juga menentukan perubahan sikap.

Sekali lagi, jadikan kelemahan sesamamu itu peluang dan kesempatan penuh rahmat,
di mana Tuhan mengundangmu untuk lebih memperhatikan dan mencintai sesamamu!

salam hangat,
bslametlasmunadipr

Kebumen, 21 Maret 2007

Tidak ada komentar: