WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Minggu, 29 Agustus 2010

Main tebak-tebakan!








oleh Blasius Full pada 11 Mei 2010 jam 16:08

Ketika malam minggu kali ini, sahabat karib Panurata dan Jerawati tidak
menghabiskan waktunya jalan-jalan putar kota Moroarto. Tapi menghabiskan
waktunya untuk berbincang-bincang di rumah.

P : Jeng, aku punya tebakan neh.

J : Ah tebakan apa sih...kayak anak kecil aja main tebak-tebakan...

P : Penasaran kan? Tebakannya ini: Kenapa ikan dari laut ternyata rasanya itu
tawar, kalau dimasak atau digoreng tanpa garam? Padahal air laut itu asin.
Bagaimana ikan itu tidak menjadi asin, padahal air yang menjadi tempat
habitatnya asin sungguh?

J : Karena sudah dari takdir ya begitu, Pak.

P : Kalau jawabmu begitu, anak TK pun mah bisa...Jeng...

J : Habis tanya aneh-aneh begitu, kan sudah biasa ikan dari air laut itu ya
tawar rasanya!

P : Jeng, coba sabar dikit gitu. Jeng tahu kan, orang mengasini ikan laut itu,
ikan yang sudah mati atau masih hidup??

J : Ya...malah tanya lagi,...ya jelas ikan mati Kang Mas....

P : Jeng, nah gitu lho....jawab yang enak...aku kan cuma bertanya...jadi ikan
mati itulah ikan yang bisa diasini...

J : Lho Mas...jadi ikan laut itu tawar karena ikan itu tidak mati?

P : Nah tepat jawabanmu,....jadi ikan dari laut itu rasanya pasti tawar dan
tidak asin, meski air laut yang berlimpah ruah itu asin..karena ikan itu
hidup...

J : Terus Mas Panu, maksudnya gimana?

P : Begini Jeng, kalau ikan yang bisa diasini itu ikan yang sudah mati. Jadi
kalau Yesus bersabda, "Kamulah garam dunia!". Bagaimana kita mesti jadi garam
dunia, padahal kita hidup? Apa mungkin?

J : Lho....kita kenyataannya kan hidup, Mas? Terus kalau mau jadi "garam
dunia" berarti harus mati juga?? Kalau kita mati untuk jadi garam dunia, kapan
hidupnya, Mas?

P : Jeng, kalau ikan saja bisa diasini karena mati, apalagi kita. Hanya bisa
menjadi garam, artinya "hidup kita menjadi penyedap bagi hidup orang lain"
seperti garam...kalau kita mati juga. Masalahnya apa artinya mati bagi hidup
beriman..

J : Setahuku, mati itu ya "tidak bergerak, tidak bernafas, jantung berhenti".
Apa ada "mati" jenis lain?

P : Ada Jeng, mati dalam arti "kehilangan nyawa". Coba pernah tidak dengar
sabda Yesus, " Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
menyelamatkannya." Kehilangan nyawa itu bisa berarti "kehilangan segala sesuatu
yang dianggap istimewa dan sering diperlakukan seperti "nyawa" diri kita, karena
kalau tanpa itu semua kita merasa "sedih, marah, jengkel dsb"

J : Misalnya apa Mas?

P : Misalnya ada banyak orang kecanduan rokok. kalau tidak merokok sehari
saja, sudah marah-marah...jadi "rokok" itulah nyawanya...Tidak nonton sinetron,
juga jadi uring-uringan karena rebutan nonton sepakbola dengan suami dan
anaknya..."sinetron' itu jadi "nyawanya"...."SMS" tidak dibalas jadi murung,
marah, dst...SMS itulah nyawanya....

J : Mas, kalau begitu, aku jadi tersindir nih...ya banyak ya nyawaku di
mana-mana...dan kalau itu semua tidak ada ya...aku kerap marah..gitu...kemarin
aku baru marah gara-gara bunga anggrekku yang hijau tua dipetik ama adikku..jadi
kalau begitu...nyawaku di bunga anggrek ya...

P Nah sudah kenal kan "nyawa" kita....sekarang Yesus meminta kita rela
kehilangan "nyawa" itu..bahkan juga sampai "nyawa" kita sendiri: jiwa dan raga,
kalau ditantang berani mati sampai tetes darah terakhir karena membela iman...

J Iya mas sekarang aku memahami.....

P Kalau kita mau kehilangan hobi, kesenangan nonton TV, tidak punya
kesempatan merokok karena dana minim...di situlah ada kesempatan kita untuk
menjadi tergantung pada Tuhan...kegembiraan sejati bukan pada "hobbi dan
kesenangan kita", tapi hanya pada Tuhan kita boleh berharap.Itulah salib yang
harus kita pikul. Kalau mau memanggul salib...kita akan selamat dan mengalami
kebangkitan...

J Ooo begitu Mas...iya aku makin memahami arti hidup beriman...

P Jadi berani mati kan?

J. Iya berani Mas...

P: okey....aku pun lagi belajar...sama denganmu...tahu kan..."nyawaku" itu di
"tape ketan"...ingat nggak aku sering uring-uringan kalau nggak ada tape ketan
sehari aja...

J Iya Mas....syukurlah mas juga sadar begitu...

Jam sudah pk. 21.00 WIB. Mereka belum makan, lalu Panurata keluar dan teriak
mengundang penjual nasgor "thek-thek" yang lewat di gang samping..

salam hangat,
blasius slamet lasmunadi
http://img198.imageshack.us/i/638442ikanasin4.jpg/

Tidak ada komentar: