oleh Blasius Full pada 22 Mei 2010 jam 13:07
Kesulitan hidup bersama biasanya terletak bukan karena kita tidak tahu dan tidak mengenal perbedaan satu dengan yang lain, tetapi terletak pada ketidakmampuan kita untuk “berbahasa cinta”. Kerap kali kita ini sulit untuk menjadi pribadi yang belajar “menawarkan”, apa yang bisa dibantu. Pertapa tadi begitu saja mengulurkan jarinya untuk menolong kepiting, ternyata malah dijepit sampai berdarah. Begitulah juga kita ini kerap kali tidak mudah untuk diperhatikan orang lain. Perasaan yang muncul pertama kita ini malah curiga dan penuh prasangka kalau orang mulai berbuat baik kepada kita. Bagaimanakah kita berbahasa cinta yang benar?
Bahasa cinta yang benar terjadi pada saat Pentakosta, saat Roh Kudus dicurahkan kepada para Rasul sehingga dalam perbedaan bahasa, mereka pun tetap saling mengerti. “Baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." (Kis 2:11) Inti bahasanya bukanlah bahasa persaingan, “Aku punya uang banyak, rumah & mobil mewah, aku pejabat, lho! Aku bersyukur, bahwa aku tidak menjadi orang miskin, bukan pezinah, bukan perampok & bukan pengkhianat, dsb!” Akan tetapi inti bahasa cinta mereka, “mewartakan perbuatan besar yang dilakukan Allah, yakni Yesus bangkit & Ia hidup kini dan selamanya!”
Para rasul sanggup berbahasa cinta yang benar karena Roh Kudus yang diterimanya bagaikan lidah-lidah api! Roh itulah yang dijanjikan Yesus. Roh itu membuat mereka sanggup mewartakan baik dalam kata maupun perbuatan: mewartakan Yesus yang hidup dengan melaksanakan kewenangan yang diberikan: mengampuni dosa orang. Itulah kewenangan yang diberikan kepada Gereja juga, kita semua orang beriman. Itulah tugas pokok perutusan kita di hari Pentakosta ini: bersaksi kepada dunia untuk mengampuni seperti Allah mengampuni dosa kita. Itulah kewenangan yang membuat “Damai sejahtera tinggal bersama kita!”
Doa
Allah Bapa, curahkanlah Roh Kudus-Mu agar kami mampu mengampuni sebagaimana Engkau telah mengampuni dosa kami, agar mereka pun mengalami kedamaian-Mu yang sejati. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar