WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Kamis, 19 Agustus 2010

Saat berbicara itu saat mendengarkan?


oleh Blasius Full pada 25 Mei 2010 jam 14:28

http://i278.photobucket.com/albums/kk120/etcakk/3278938496_428a4032d4.jpg
Saat engkau aktif menceritakan konflik dengan teman kerjamu di kantor pada suami, isteri atau anak-anakmu, saudaramu dan sahabatmu, itulah sebenarnya engkau dipanggil untuk mendengarkan "suara Tuhan" yang lirih berbisik padamu, "Betapa sakit hatinya, bila kelemahannya diceritakan kepada banyak orang! Janganlah menghakimi, ampunilah dia! Kalau engkau masih menghakimi terus, apakah engkau tidak terpikir, apa yang kaukatakan padanya juga berlaku untukmu?"

Saat engkau berbicara dengan semangatnya karena keberhasilanmu telah mematahkan pendapat orang lain dalam sebuah rapat di kantor atau dalam kesempatan mengolah "event", engkau sedang dipanggil untuk mendengarkan "Suara Tuhan" yang berbisik lirih dari mulut orang yang engkau kalahkan itu, "Aku sebenarnya tersinggung, kenapa engkau tidak bertanya lebih dulu, tapi engkau langsung mematahkan pendapatku? Apakah engkau bisa lebih sedikit ramah menanggapi kata kataku? Maafkan aku, bila aku tidak trampil berbahasa yang baik!"

Saat engkau berteriak teriak dan marah marah pada suami, isteri atau anakmu dan sahabatmu karena mereka ternyata tidak dapat memenuhi keinginannya, apakah engkau mendengarkan jeritan suara Tuhan yang ikut merasakan pedasnya hati karena kata-kata yang kasar ? Kalau engkau mendengarkan jeritan itu, Engkau kembali di jalan yang benar, bagaimanapun lemahnya anak, istri, suami ataupun sahabatmu, dalam diri merekalah Allah bertempat tinggal. 

Saat engkau menceritakan seseorang yang engkau kagumi dan banggakan pada temanmu, apakah engkau juga mendengarkan suara temanmu yang lirih berbisik, “Mengapa engkau bercerita terus tentang temanmu, sementara aku sama sekali tidak engkau tanyakan, apakah aku sehat, apakah aku sedang gembira? Mungkin aku hanya seorang yang dibutuhkan telinganya saja, setelah itu, mungkin aku tidak bermanfaat!”

Saat engkau begitu antusias menceritakan masa depanmu yang rasanya begitu cerah kepada orang-orang di sekitarmu yang kurang mampu ekonomisnya, apakah engkau juga mendengarkan suara lirih mereka yang merindukan masa depan cerah namun tidak kesampaian? Suara itu berbisik, “Aku rasanya iri mendengarkan keberhasilanmu, namun aku belajar untuk tidak iri karena Tuhan tidak suka melihat diriku punya hati yang iri. Aku berdoa, agar engkau sukses, dan kalaupun gagal, engkau sanggup menerimanya!

Saat engkau bercerita kehebatanmu dalam menjaga kesehatan tubuhmu kepada orang orang yang sudah lemah kesehatannya sejak kecil, apakah engkau juga mendengarkan bisikan suaranya yang lirih untuk mengatakan, “Aku ingin sehat seperti dirimu, tapi aku diberi anugerah tubuh seperti ini yang lain denganmu! Aku senang engkau bisa sehat, tapi aku berdoa, agar engkau tidak menyombongkan dirimu, karena tubuhmu bukanlah milikmu, tapi milik Tuhan!

Saat engkau bercerita kepada sahabatmu yang hidupnya pas-pasan, tentang keberhasilanmu sampai mampu membeli berbagai fasilitas hidup yang mewah; apakah engkau juga mendengarkan jeritan suaranya yang ingin bercerita kesulitan ekonomi rumah tangganya? Ataukah engkau tidak peduli, salah sendiri kalau ekonominya carut marut? Adakah telinga hatimu untuk mendengarkan “suaranya yang lesu”, bertanya pada diri sendiri, “Besok saya bisa makan apa tidak ya?

Saat engkau bercerita selalu tentang dirimu pada sahabatmu, apakah engkau mendengarkan suara ? yang ingin mengatakan, “aku tidak membutuhkan ceritamu saja, tapi aku membutuhkan kehadiranmu! Identitasmu bukanlah terletak pada ceritamu, namun identitasmu tidak lain dirimu yang mau hadir untuk berkanjang bersama dalam suka dan duka dengan keluargamu dan para sahabatmu! 

Lebih dari itu semua, saat engkau berdoa kepada Allah dan engkau bercerita banyak tentang dirimu, Allah pun sangat merindukan suara-Nya di dengarkan, "Engkaulah anak yang kukasihi!"

Tidak ada komentar: