WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Senin, 30 Agustus 2010

Tembok Tinggi yang kubuat itu..!

oleh Blasius Full pada 20 April 2010 jam 10:13



Sahabatku,
Saat kita marah, membentak, bicara kasar, memaki-maki sesama kita serumah, teman kita,
anak buah atau pembantu,..di situlah kita sedang mendirikan "tembok tinggi" tanpa jendela
sehingga sesamamu tidak dapat menemui hatimu, melainkan terbentur kepalanya karena ada
tembok di depan matanya. Demikianlah juga dirimu tidak akan ketemu saudaramu karena ada
tembok tinggi. Kapankah engkau akan membongkar tembok itu?

Tembok tinggi yang memisahkan antara aku yang sedang marah dengan saudaraku, hanya
dapat dibongkar dengan "sikap rendah hati". Rendah hati itu bagaikan menggali tanah untuk
membuat sumur agar suatu saat nanti air dapat mengalir ke dalamnya. Menggali tanah itu
"membuat lobang", demikianlah pula "membongkar tembok tinggi", tidak lain adalah
membongkar "gengsi, harga diri yang dibangun begitu tinggi" bagaikan tembok tinggi tanpa
dinding. Saat dibongkar, pastilah engkau kesakitan, karena engkau menjadi orang yang
ditantang "rela tidak dipercaya lagi!"

Menjadi pribadi yang berani "tidak dipercaya", tidak lain seperti Yesus. Cobalah perhatikan, Dia
yang telah mengajar dengan kata dan perbuatan: Ajaran Cinta Kasih dan tindakannya
menyembuhkan, membangkitkan orang mati, membela orang kecil, ternyata Yesus pun tidak
dipercaya sebagai Anak Allah. Namun Yesus tidak mempertahankan kesetaraan-Nya dengan
Allah, melainkan "mengosongkan diri" dan taat sebagai hamba sampai mati di salib (Flp 2:5-11)
Yesus tidak membela dirinya bahwa Dia memang benar, tapi Dia memperkenalkan Kebenaran
Sejati yakni dengan "taat di salib". Kebenaran itu kasih tiada habisnya: menyerahkan nyawa
agar umat manusia ditebus. Di salib itulah Yesus kehilangan kesempatan untuk hidup bebas,
nikmat, hebat, dipuji, dan tidak ada lagi kesempatan untuk mengontrol orang lain.

Kalau Yesus saja, yang setara dengan Allah, membiarkan diri-Nya tidak dipercaya, apakah kita
rela untuk tidak dipercaya, tentu setelah kita menunjukkan keutuhan pribadi sebagai orang
beriman. Beranikah menjadi pribadi yang tidak dipercaya, setelah kita berbuat baik: bermurah
hati dalam pelayanan, berbela rasa dengan sesama yang menderita, serta konsisten dalam
kata dan perbuatan?

Semoga hari ini ada banyak tanda cinta Tuhan yang membuat hidupmu terkejut, agar engkau
tertantang makin tumbuh subur jadi dewasa!

Have a nice and blessed today! 

http://towet.files.wordpress.com/2010/01/brickwall.jpg

Tidak ada komentar: