untuk |
Belum lama ini, sahabatku begitu ceria. Harapan yang dinantikan akhirnya terjadi juga. Jerawati namanya. Begitulah, tidak menyangka, relasi dengan Panurata akhirnya kembali segar, meski masih ada senyum kecut di bibirnya yang tebal.! Relasi itu kembali segar, sejak Jerawati mengirimkan Pizza Hut kesenangan Panurata!
Namun benarkah, Pizza Hut itu meluluhkan hati Panurata yang sempat dendam pada Jerawati? Kalau begitu, rendahkah harga diri Jerawati, sehingga ia dimaafkan karena kirim Pizza? Ataukah Pizza itu memberikan "kegembiraan" untuk Panurata yang sedang kesepian? Menurutku kalau itu benar benar terjadi, nilai pengampunan hanya diukur materialistis banget...jangan jangan senyum itu senyum matrek. Orang mengampuni kok karena hobbynya dipenuhi...Waaaah! Atau biarlah meski matrek, toh akhirnya bisa tersenyum?
Rasa-rasanya...Jerawati tetap "diacungi jempol" karena ia tidak lagi gengsi untuk memberi pizza itu kepada Panurata meski rasanya "sakit hati" itu belum sungguh sungguh hilang. Namun, itulah sebuah usaha yang luar biasa untuk "membuat komunikasi" tercipta kembali. Dia berharap, pizza itu menjadi sebuah "tali kasih" yang menyambung kembali relasi yang sudah terpatah terpatah. Itulah tanda Jerawati mulai matang sebagai pribadi.
Begitulah juga harapan untuk Pannurata. Semoga Panurata tidak mengampuni hanya gara gara hanya diberi pizza itu, tapi ia mengampuni dengan tulus hati..Dengan tulus hati itu, berarti ia tidak lagi memandang Jerawati dengan kacamatanya sendiri. Ia tidak lagi menghakimi, melainkan percaya bahwa orang yang bersalah itu mampu tumbuh dan berkembang makin baik!
Bukankah Tuhan memberikan wewenang kepada manusia untuk mengampuni, "Ampunilah dosa kami seperti kami pun mengampuni sesama kami!"
Have a nice today!
Namun benarkah, Pizza Hut itu meluluhkan hati Panurata yang sempat dendam pada Jerawati? Kalau begitu, rendahkah harga diri Jerawati, sehingga ia dimaafkan karena kirim Pizza? Ataukah Pizza itu memberikan "kegembiraan" untuk Panurata yang sedang kesepian? Menurutku kalau itu benar benar terjadi, nilai pengampunan hanya diukur materialistis banget...jangan jangan senyum itu senyum matrek. Orang mengampuni kok karena hobbynya dipenuhi...Waaaah! Atau biarlah meski matrek, toh akhirnya bisa tersenyum?
Rasa-rasanya...Jerawati tetap "diacungi jempol" karena ia tidak lagi gengsi untuk memberi pizza itu kepada Panurata meski rasanya "sakit hati" itu belum sungguh sungguh hilang. Namun, itulah sebuah usaha yang luar biasa untuk "membuat komunikasi" tercipta kembali. Dia berharap, pizza itu menjadi sebuah "tali kasih" yang menyambung kembali relasi yang sudah terpatah terpatah. Itulah tanda Jerawati mulai matang sebagai pribadi.
Begitulah juga harapan untuk Pannurata. Semoga Panurata tidak mengampuni hanya gara gara hanya diberi pizza itu, tapi ia mengampuni dengan tulus hati..Dengan tulus hati itu, berarti ia tidak lagi memandang Jerawati dengan kacamatanya sendiri. Ia tidak lagi menghakimi, melainkan percaya bahwa orang yang bersalah itu mampu tumbuh dan berkembang makin baik!
Bukankah Tuhan memberikan wewenang kepada manusia untuk mengampuni, "Ampunilah dosa kami seperti kami pun mengampuni sesama kami!"
Have a nice today!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar