WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Jumat, 27 Agustus 2010

Judesanti & Aya!


Dec 6, '09 5:43 PM
untuk
Saat jalan-jalan dengan naik sepeda onthel menuju pastoran St Tarcisius, Judesanti kaget bukan kepalang, ada suara yang memanggil-manggil, "Ayaaaaa.....! Ayaaaa....!" Namaku tuh bukan Aya...sudah ganti, kok dia tahu ya..namaku!" Orang itu lari-lari, dan Judesanti pun berhenti di depan Pasar Anyar, lalu turun dari sepedanya. Orang itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman, "Aya, masih ingat aku?" Dengan bibir manyun, Judesanti menyahut, "Kamu siapa? Kok panggil panggil aku Aya dan menghampiri aku? Aku kan bukan bernama Aya?" Orang itu berbicara pelan, "Iya, kalau aku sudah nggak diingat ya, nggak apa apa! Tapi kalau Aya bukan namamu, kenapa engkau mau berhenti dan menungguku datang? Benar, namamu Aya?" Judesanti masih belum mau mengiyakan, "Bukan, namaku bukan Aya. Namaku Judesanti. Titik! Aku bangga kok dengan namaku sekarang!! Orang itu tidak mau kalah, "Okey, nanti tanyakan saja pada orang tuamu, benar nggak kalau namamu yang sebenarnya itu Aya, bukan Judesanti, seperti sekarang ini!" Lalu Judesanti membalas, "Sebentar, aku tanya namamu siapa, dan tinggal di mana sekarang, kok kenal dengan ayah ibuku? Aku sendiri baru 3 bulan di kota pelajar ini! "Orang itu" hanya memberitahukan alamatnya, "Aku tidak perlu memberitahukan namaku, tapi cukuplah alamatku dan nama orang tuaku! Alamat ku di Jalan Margasatwa 20, berseberangan dengan Gereja St. Tarcisius. Bapakku bernama Senen, Ibuku bernama Legi! Tanya deh, pasti orang tuamu tahu.!! Sambil manyun, Judesanti membalik arah, dan pulang ke rumah. Sambil manyun, dia berterima kasih pada "orang itu". "Okey terimakasih, tapi maaf ya, aku tidak suka dengan orang yang suka merahasiakan nama! Sombong, tauuu!!" Orang itu tersenyum, "Terimakasih, saya minta maaf! Semoga dirimu lebih bahagia nanti dipanggil Aya! Judesanti pun mengayuh sepedanya cepat cepat pulang ke rumah sambil penasaran, masih 500 meter lagi tapi jalan menanjak!



Akhirnya sampai juga di rumah. Judesanti, langsung teriak, "Ibuuuuu.....!! Ibunya, bernama Melati, menyahut, "Ada apa Neng, kok teriak teriak begitu? Kamu kan sudah besar...!" Tanpa menghiraukan teguran ibunya, Judesanti langsung laporan, "Kok tadi aku dipanggil Aya, ama seseorang, Bu? Benar nggak sih, kalau namaku asli itu sebenarnya Aya...? Dengan sabar Ibunya balik bertanya, "Siapa yang bilang?" Sahut Judesanti, "Itu lho Bu, dia ngaku rumahnya Depan Gereja St. Tarcisius, terus anak dari Bapak Senen dan Legi! Ibu Melati lalu tersenyum, "Ohhhh....Neng belum kenal yaa...? Dia itu pastor Sinten...!! Dia lebih tua 15 tahun di atasmu, sekarang umurnya sudah 45 tahun! Waktu kecil, kamu sering main ke rumah dia, sampai umur 3 tahun! Kamu pasti lupa, kan?" Judesanti langsung mengerenyitkan dahi, "Haaaah...pastor, Bu? Dan aku sering main ke rumahnya?" Ibu Melati pun mengiyakan, "Iya bener, dulu kalau sudah main ke rumah Pastor Sinten, kamu nggak mau pulang! Pokoknya kalau belum ketemu dia, kamu masih nunggu, sampai Mas Sinten itu pulang sekolah! Kamu seneng banget kalau diajak main "dakon"." Judesanti nggak sabaran, "Lalu, kenapa aku dipanggil Aya?" Ibu Melati menjawab penuh hati hati, "Begini, dulu kalau Mas Sinten belum muncul, kamu selalu tanya terus ama Ibu Legi atau Pak Senen. Pak, Bu, Aya Mas Sinten? Ayaa? Pokoknya dulu kamu tuh nggak sabaran...tanya terus...Nah suatu saat, Mas Sinten tidak sekolah, tapi sengaja mereka ngeledek kamu! Kamu tanya, "Mas Sinten, aya Ibu?" Bu Legi bilang, "Nggak ada kok...lagi pergi, nggak akan pulang lagi! Terus kamu menangis keras...!! Eeeh ...tiba tiba Mas Sinten tuh teriak.."Ayaaaaaa.....!!" Waaah...kamu langsung peluk Mas Sinten..saking senengnya..!" Sejak saat itu, Mas Sinten suka banget panggil kamu Aya...!!

Judesanti terharu mendengar cerita itu, "Aduh Bu, aku jadi nggak enak hati, tadi habis aku juthek banget...! Nyesel, Bu!" Ibu Melati menenangkan hati Judesanti, " Iya sudah, nanti kalau kita ke Gereja mampir ya ke rumahnya...! Romo Sinten itu lagi ambil cuti 3 bulan setelah pulang studi di luar negeri sana!" Judesanti, "Waah,...berarti pinter ya Bu!" Ibunya mengangguk! "Iya dong, masak jadi pastor, yang dipilih yang nggak pinter!" Sahut Judesanti, "Terus, kenapa aku dipanggil Judesanti?" Ibunya menjawab, "iya, nama itu panggilan ibu, karena kamu tuh Judes banget, tapi ngangenin gitu, kayak iklan itu, nggak ada loe, nggak rame he he he!" Judesanti terus tertawa, "Ha ha ...Ibu bisa aja nih...tapi aku bangga Bu..biarpun aku judes, tapi aku orangnya kan baik hati, Ibu! Nggak sombong, rendah hati dan suka bercocok tanam! He he he...! Ibu Melati tidak tahan mendengarkan omongan anak semata wayangnya itu, "Aduuh aduuh...kamu tuh brondhong banget...!!" Judesanti langsung menyahut, "Wakakakkak...Ibu gauuuuuull pisaaaan!" Ibu Melati pun tidak mau kalah, "Kalau ibumu nggak gaul, mana bisa menghibur dirimu yang super juthek...!!" Judesanti nyengir, "Iya deh Bu. makasih ya Bu...!! Sun Ibu...aku mau ke rumah depan Pastoran ya..cari Romo Sinten, mau minta maaf...! Ibunya mengangguk, "Iya, nah begitu dong, jangan suka malu untuk meminta maaf ya..!" Judesanti pamitan, "Bye Ibu, pergi dulu ya..!" 

Sesampai di rumah Romo Sinten, Judesanti pelan pelan mengetuk pintu,,"Thok Thok Thok!!" Lalu muncullah sosok "orang yang tidak dikenal di jalan tadi!". Judesanti langsung mengulurkan tangannya, "Romo Sinten, minta maaf ya...aku tadi juthek dan marah marah pada Romo!" Romo Sinten mengangguk, sambil tersenyum, "Iya saya maafkan, nggak masalah..Gimana seneng nggak dipanggil Aya lagi?" Judesanti malu tersipu-sipu, "Ehm...mau dong Romo..! Ternyata nama Aya itu tidak hanya sekedar berarti "ada" kan? Tapi bersejarah banget untuk hidupku di masa kecil! " Sahut Rm Sinten, Iya, syukurlah kalau Ibumu sudah cerita. "Terus siapa yang boleh panggil kamu Aya?" Judesanti pun mengerutkan dahi, "Siapa saja deh, Romo, yang penting mereka mau bersahabat denganku!" Rm Sinten menganggukkan kepala, "Okey...minggu depan, dalam pertemuan Mudika, nanti Aya sharing ya..!" Judesanti masih kaget, "Iyaa Romo, aku sudah dipanggil Aya lagi?" Romo Sinten menepuk bahunya, "Iya, Aya, bagus kan namamu itu? Baik ya, saya mau ke pastoran dulu, laporan ke Pastor Paroki, mau minta jatah jadual misa Minggu!" Judesanti pun pamit pulang, "Iya Romo, makasih ya..! Saya pulang dulu, sekali lagi minta maaf, sudah juthek!" Romo Sinten mengangguk, lalu mengantar Aya pulang ke rumah. 

Akhirnya Judesanti pun sekarang berganti nama Aya, seperti masa kecilnya dulu. Dengan penuh senyum ceria, Judesanti pulang ke rumahnya, "Ibuuuu....aku ganti nama aja ya...!" Ibu Melatipun kaget, "Loh, mau ganti nama?" Judesanti menyahut, "Iya..Ibu, aku tadi sudah ketemu Rm Sinten. Aku rasanya lebih senang deh, kalau diganti nama Aya, lebih mudah diingat dan lebih "hangat" gitu rasanya di telinga dan di hati! Ibunya mengangguk. "Tapi bilang dulu dengan Bapakmu juga ya...! " Setelah ayahnya pulang dari dinas luar, mereka pun mendukung pergantian nama. "Aya menjadi nama tua untuk Judesanti". 

Tidak ada komentar: