WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Minggu, 29 Agustus 2010

Mungkinkah iman diwujudkan dalam dunia perdagangan?

oleh Blasius Full pada 08 Mei 2010 jam 12:50



Mungkinkah iman diwujudkan dalam dunia perdagangan? Iman itu memiliki wilayah otonomi sendiri yang dipertanggungjawabkan oleh Gereja,sebagai komunitas umat beriman akan Kristus. Sementara perdagangan juga otonominya ada di dunia ini, yang diwarnai persaingan (kompetitif) yang sangat kuat. Pertanyaannya adalah mungkinkah iman yang ilahi itu memiliki bentuknya dalam dunia perdagangan atau sebaliknya, apakah dalam dunia perdangangan yang "mengelola uang" itu bisa menjadi "kesempatan" untuk mewujudkan nilai-nilai manusiawi yang universal, sebagai perwujudan iman? Di satu pihak, tidak bisa dipungkiri, orang beriman tinggal di dunia, namun tidak berarti juga hidup menurut dunia. Maka bagaimanakah orang beriman tetap hidup di tengah dunia tetapi sanggup menjadi "Bintang Terang"? Itulah "GAP" yang mesti dijembatani, agar iman tidak terasing dari umatnya sendiri, namun iman juga menjadi relevan bagi dunia.

Salah satu "jembatan" yang dapat digunakan untuk mengatasi GAP itu adalah paradigma "Cash Flow Quadrant" yang diciptakan oleh Robert Kiyosaki, bagaimana meningkatkan kesejahteraan baik keuangan personal, dalam rumah tangga maupun dalam sebuah organisasi. Kalau tidak salah, Cash Flow Quadrant ini menjadi paradigma untuk dinamika Credit Union. Sejauh saya tangkap Cash Flow ini menantang orang untuk berpikir lebih jauh, agar mengubah cara pandang kita dari "bekerja untuk uang" menjadi "uang bekerja untuk kita", dari orang yang bekerja dengan gaji dan menjadi konsumen saja menjadi orang yang memiliki kemampuan leader dan kemampuan berinvestasi (hidup produktif dan membangun jaringan, serta kemampuan fun raising). Nilai-nilai itu termasuk dalam kecerdasan finansial yang bersifat universal dan otonom. Nilai itu dapat diwujudkan oleh semua orang dari golongan manapun. Bukankah nilai-nilai itu "dapat menjadi arah" untuk mewujudkan iman di tengah dunia?

Semoga di hari esok ada banyak orang memiliki kecerdasan finansial, agar iman tidak lagi "mandeg" dalam perkataan dan tulisan, melainkan iman itu sungguh sungguh hidup di tengah dunia.

http://alfahaga.com/wp-content/uploads/2009/12/Cashflow_Quadrant.jpg

Tidak ada komentar: