WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Selasa, 17 Agustus 2010

Menyambut Hari Raya Tritunggal Mahakudus




oleh Blasius Full pada 26 Mei 2010 jam 19:54
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:E8LXpHNLwzJ1HM::joas.berteologi.net/wp-content/uploads/2008/04/rublev-trinity.jpg&t=1&h=252&w=200&usg=__sFyhkKhadFOSaT6iISuz6QpxT0s=
Saudara saudara terkasih,

Mengawali renungan Hari Raya Tri Tunggal Mahakudus, saya mengutip sebuah cerita inspiratif kiriman seorang teman, berjudul, " MENJUAL SISIR PADA BIKSU"

Ada sebuah perusahaan "pembuat sisir" yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga management ingin merekrut seorang sales manager yang baru.

Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan ... jika ditotal jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.

Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara.
Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini. (Mr. A, Mr. B, Mr. C)

Pimpinan pewawancara memberi tugas :
"Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu."

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. A menjawab: "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?"
Mr. A menjawab:
" Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda - dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang ketombean."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. B menjawab : "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada patung sang Buddha."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C :
"Bagaimana dengan anda?"
Mr. C menjawab: "SERIBU buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Mr. C menjawab:
"Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir!"

Apakah relevansinya kisah Menjual Sisir kepada Bikshu...dengan permenungan kita tentang Allah Tritunggal. Persoalan Allah Tritunggal bukanlah soal kategorial matematik, bagaimana 3 bisa sama dengan satu..melainkan pertama tama Misteri Allah Tritunggal adalah peristiwa sejarah cinta Allah kepada manusia!

Ilustrasi tadi menggambarkan kerja keras Mr C yang mencari ide alternatif agar dia mampu menjual 100 sisir kepada Biksu. Ia tidak putus asa ketika kenyataannya orang yang ditawarkan tidak membutuhkan sisir, seperti putus asa Mr A., dan tidak cepat puas seperti Mr B. Kalau sales saja bisa penuh harapan bekerja keras untuk menjual sisirnya agar laku, jauh lebih dari itu semua BUKANKAH ALLAH JUGA BEKERJA KERAS TANPA KENAL LELAH DAN TIDAK PERNAH PUTUS ASA UNTUK MENCINTAI MANUSIA DALAM KERAPUHANNYA?

Manusia, Adam dan Hawa telah diciptakan menurut citra Allah, namun ternyata justru jatuh dalam dosa karena bujukan ular. Demikianlah turun temurun manusia jatuh dalam dosa. Kejatuhan dalam dosa itu membuat Allah terus menerus mengutus para nabi untuk mempertobatkan bangsa pilihannya. Akan tetapi hanya melalui YESUS, pertobatan manusia itu menjadi sempurna MELALUI PERISTIWA AFAT DAN KEBANGKITAN-NYA. Anugerah pokok misteri Paskah tidak lain adalah penebusan dosa. Penebusan dosa itu membuat manusia diperdamaikan kembali dengan Allah. Wujud dari relasi yang damai dengan Allah itu, manusia diangkat menjadi anak Allah, yakni dianugerahi kehendak bebas dan diangkat menjadi "ahli waris Allah" (Rm 8).

Setelah diberi kehendak bebas, ternyata manusia tetap dapat memilih untuk berbuat yang jahat dan melawan kehendak Allah. Kehenda bebasnya tidak diabdikan untuk saling mengasihi. Karena itu agar manusia mampu melaksanakan kehendak bebasnya untuk mengasihi sesama seperti Allah mengasihi manusia, ALLAH BAPA mengutus dan mencurahkan ROH KUDUS, agar manusia dipimpin kepada KEBENARAN SEJATI. 

Roh Kudus itulah, ROH ALLAH & ROH YESUS juga. Karena itu Roh Kudus yang satu dan sama yang menjiwai Allah Bapa dan Putera, juga diutus untuk MENJIWAI ORANG BERIMAN dan tentu MENJIWAI GEREJA-NYA. Roh itulah yang memampukan manusia membuat sebuah discretio (discernment atau penegasan arah dalam mewujudkan kehendak bebas dalam seluruh hidupnya,sehingga kehendak bebasnya tidak untuk berbuat dosa melainkan untuk berbuat kasih satu sama lain (bdk Gal 5).

Kehendak bebas itu tidak lain sebenarnya terarah untuk mewujudkan panggilan sebagai ahli "waris Allah"..Allah mewariskan kita "cinta Tritunggal"-Nya..Karena itu...sebagaimana Allah Bapa telah menciptakan kita dan memelihara hidup kita, demikianlah pula manusia, pria dan wanita dipanggil untuk mewujudkan tanggung jawab memelihara hidup. Sebagaimana Allah Putera itu mengampuni dosa manusia lebih dulu, demikianlah kita pun dipanggil untuk mengampuni saudara kita, bahkan musuh sekalipun. Sebagaiman Roh Kudus juga menerangi dan menjiwai hidup kita agar kita mampu membuat penegasan arah, kita pun dipanggil untuk menjadi "tanda pengharapan" agar banyak orang menemukan wajah Allah yang mengasihi dalam seluruh hidup kita.

Apakah relevansi bagi keluarga keluarga kristiani? cinta suami isteri tidak hanya terbatas untuk mengadakan prokreasi dan memelihara hidup anaknya dan keluarganya, melainkan juga terbuka untuk mengatasi konflik dengan saling mengampuni, dan bersedia untuk terlibat satu sama lain dalam menanggung suka dan duka. Mungkinkah akan terwujud kesetiaan, bila ada prokreasi namun tanpa cinta yang mengampuni, tanpa saling mau terlibat dalam hidup satu sama lain?

Semoga perayaan Tritunggal Mahakudus..semakin mengingatkan kita untuk menampilkan wajah Allah kepada saudara saudara kita, yakni wajah Allah yang tidak pernah putus asa untuk mencintai manusia, meski manusia berdosa. Namun Wajah Allah yang penuh harapan bahwa manusia bisa berkembang lebih baik lagi. Dengan keyakinan itu kita dipanggil untuk menampilkan hidup yang diwarni gambar Allah yang murah hati, penuh pengampunan, penuh percaya dan penuh harapan bahwa sesama kita pun dapat berkembang berkat kasih karunia-Nya. Dengan cara itulah, terjadi pewartaan Injil yang sebenarnya!


(NB pernah dimuat 6 Juni 2009)

Tidak ada komentar: