WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Kamis, 19 Agustus 2010

Apakah benar orang menikah mencari kebahagiaan?

oleh Blasius Full pada 22 Mei 2010 jam 10:10

http://jitamusic.org/wordpressjita/wp-content/uploads/2009/08/marriage-2.jpg
Dalam sebuah persiapan perkawinan di Paroki St. Aloysius Artomoro, Romo Sinten memberi materi tentang Sakramen Perkawinan. Dari 10 pasangan, hadirlah Trimbil dan Jerawati. Romo Sinten memulai penjelasannya dengan bertanya jawab dengan calon pasutri Trimbil & Jerawati:

Sapa Romo Sinten : Mas Trimbil & Mbak Jerawati, apakah datang ke depan sebentar?"
Jawab mereka, "Bisa Romo!" Lalu majulah mereka lalu menghadap Romo dan para peserta yang lain.

Romo Sinten lalu mulai dialognya, "Mas Trimbil dan Jerawati, apakah saya boleh tahu, kenapa kalian mau menikah, apa tujuannya? Silakan siapa dulu yang jawab!
Lalu Jerawati yang menjawab, "Romo, saya mau menikah karena saya ingin hidup bahagia!"
Timpal Trimbil, "Iya benar, Romo, saya juga ingin bahagia, kan hidup cuma sekali, ibarat "hidup itu seperti mampir minum" (wong urip kuwi gur mampir ngombe). Balas Romo Sinten, "Apa sebenarnya arti hidup bahagia?"
Jawab Trimbil, "Hidup bahagia itu ada keramahan, kenyamanan dan saling mencintai!"
Jerawati menimpali, "Rom, hidup bahagia itu juga berarti punya anak & fasilitas hidup terjamin"

Lanjut Rm Sinten, "Baik, kalau begitu, siapa yang akan membahagiakan hidup kalian berdua?"
Serentak Trimbil & Jerawati menjawab, "Ya, kami berdua, Romo, kan saling membantu, saling mencintai dan saling membahagiakan!"
Rm Sinten balik bertanya lagi, "Dengan apa kalian akan saling membahagiakan?"
Sahut mereka, "Dengan saling mencintai, Rom!"
Rm Sinten pun masih tanya lagi, "Ehm, kapan Anda akan saling mencintai?
Dengan tegas mereka menjawab, "Ya sampai selama-lamanya, sampai maut memisahkan!"
Lalu Rm Sinten mulai menyanggah, "Nah, kalau Mas Trimbil ternyata nanti setelah menikah orangnya tetap hobi mancing, sampai kurang peduli dengan pekerjaan di rumah, apakah Jeng Jerawati juga akan tetap mencintai?"
Jerawati mulai tersenyum kecut, "Waah, ya nanti dulu Romo, belum tentu cinta saya sama seperti sekarang ini, mungkin saya malah marah, karena Masku ini nggak tanggung jawab!"
Sanggah Romo Sinten, "Nah, Mas Trimbil sendiri, apakah akan juga mencintai isterimu, kalau ternyata Jerawati ini judes banget, apa apa dikomentari, dicacat, sepertinya tak ada yang memuaskan hatinya?"
Jawab Trimbil dengan senyumnya, "Yaaaah, gimana ya Romo, mau gimana lagi, wong sudah jadi istri, ya diterima saja, saya akan tetap mencintai dia, tapi ya berat juga kalau begitu keadaannya!"

Romo Sinten juga ikut tersenyum, "Baik, jadi kira kira masih berlaku apa tidak, pernyataan kalian berdua tadi, kalian mau mencintai selama-lamanya, sampai maut memisahkan?"
Jawab Trimbil, "Ya, ternyata cinta kami jangan jangan musiman ya, Rom?"
Balas Rm Sinten, "Jadi, kalau cinta kalian musiman, apa yang bisa menjamin, kalian berdua bisa saling membahagiakan?"
Trimbil & Jerwati langsung menyahut, "Gak ada jaminannya, Rom".
Lanjut Rm Sinten tanya kepada semua peserta, "Jadi kalau begitu, apakah benar orang menikah mencari kebahagiaan?"
Beberapa peserta menjawab, "Waah, pertanyaaan berat Romo!"

Romo Sinten lalu menutup sessi pertama kursusnya, "Baik, kalau begitu, silakan dipikir-pikir dulu, apa jawabannya!" Peserta kursus pun lalu keluar dan mencari minum untuk melepaskan pikiran yang mulai memanas.

Tidak ada komentar: