WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Senin, 30 Agustus 2010

Tanah Tandus, Saudaraku!

oleh Blasius Full pada 05 Mei 2010 jam 22:59


http://foto.detik.com/images/content/2009/07/21/157/kering1.jpg
Saat minggu pagi aku berjalan jalan di pinggiran sawah yang mulai mengering airnya, tanah tanah pun kelihatan tandus, terdengar suara yang merintih kesakitan. Kudengarkan baik baik, suara rintihan itu datang dari mana, lembut sekali, tapi sayup-sayup datang pergi seiring dengan datangnya angin. Setelah beberapa lama kudengarkan rintihan itu aku mulai bertanya tanya, entahlah kepada siapa. 

"Saudaraku, benarkah engkau merintih? Engkau kesakitan?" tanyaku padanya. Ia pun menjawab, "Iya, aku sedang kesakitan, karena sudah seminggu tidak ada lagi hujan."Aku mulai menebak nebak, dari manakah suara rintihan itu. "Saudaraku, apakah engkau tanah yang kering dan tandus ini?" Suara itu pun dengan cepat menyahut, "Iya, benar, Saudaraku, aku tanah yang sudah mengeras, dan tidak lagi bisa menyerap air." Aku pun bertanya padanya, "Apa yang bisa kubuat?" Tanah itu menjawab, "Engkau bisa berbuat banyak untukku, aku ingin mengatakannya kepadamu, tapi janganlah mengira aku hanya berpikir untuk diriku saja, karena tanah itu berarti seluruh bumi ini, bukan hanya tanah yang sedang tandus ini, tapi juga aku ingin engkau memperhatikan bagian bagian diriku yang sudah subur." Aku mengangguk, "Iya, aku akan menjaga bagianmu yang sudah subur, dan aku ingin mengobati bagianmu yang tandus! Apakah engkau juga tahu obatnya?" 

Tanah itu lalu terdiam sejenak. Dengan suara yang sudah lelah karena kekeringan, ia hanya berucap, "Saudaraku, aku sangat membutuhkan air, tapi tidak hanya untuk sekarang, tapi sampai kapanpun." Aku pun menyahut, "Baik Saudaraku, aku akan mencarikan air ya, menyirammu perlahan lalu meremukkan dirimu agar dirimu jadi seperti tanah yang subur, mudah dicangkul. Tanah Tandus itu menyahut, "Baiklah, Saudaraku, meski aku pasti kesakitan, karena aku yang keras ini akan dihancurkan dengan air. Aku yakin, air itu akan membuatku mudah dilembutkan!" Tanpa terasa, tetes air mata ini berlinangan karena Tanah ini tegar untuk mengalami derita. Balasku, "Saudaraku, aku akan perlahan lahan menyiramkan air padamu, dan pelan pelan akan membongkar "tubuhmu yang keras". Setelah basah, aku akan mencampurkanmu dengan daun daun bambu ya, dengan arang kelapa, agar engkau cepat menjadi tanah yang lunak dan mudah ditanami. Setelah mulai lunak, aku akan menanamimu pohon mangga, pohon rambutan, pohon sukun dan pohon beringin. Pohon pohon itu akan menyimpan air hujan, setiap kali hujan datang dan engkau akan memiliki tabungan air berlimpah."

Tanah Tandus itu pun lalu kelihatan berubah warnanya, mulai coklat ceria, "Saudaraku, teirmakasih, aku boleh berharap padamu! Kunantikan kapan air kirimanmu akan datang." Aku tak tahan menahan haru, karena tanah itu sabar dalam kekeringannya, masih bisa berharap menantikan kiriman air itu. Aku akan secepatnya mengirimkannya. 

"Tuhan, aku ingin menurunkan hujan secepatnya untuk tanah tanah yang tandus, namun aku tak kuasa dan tak mampu untuk membuat air hujan. Ada banyak tanah di negeri yang kering dan mengakibatkan banyak kelaparan. Aku mohon curahkanlah hujan untuk daerah yang gersang dan kering, agar mereka mampu bercocok tanam, dan bertahan hidup. Sadarkanlah kami yang kerap kali tidak menghargai tanah yang subur, namun malah membiarkannya terbengkalai.

Semoga di tahun keprihatinan pertanian, ada banyak kejutan yang membuat orang sungguh sungguh peduli pada tanah tumpa darahnya. 

Tidak ada komentar: