WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Sabtu, 11 September 2010

Warung Mie Ayam “Geulis”

oleh Blasius Full pada 06 Februari 2010 jam 10:47

Hari ini, Sabtu, Panurata tidak ke kantor CU Cikal Bakal, tapi menyempatkan diri jalan jalan pagi sendirian. Sementara Judesanti isterinya ada di rumah. Panurata berjalan ke arah alun-alun kecamatan Gemah Ripah. Di seberang jalan alun-alun, ada penjual mie ayam yang rasanya "yahuuut"! Lalu mampirlah Panurata di warung mie ayam, namanya "Geulis" itu. "Bu, langsung 2 mangkok, es jeruk tanpa es satu ya!" Penjual mie ayam itu, Ibu Geulis, langsung menyahut, "Mang, kok es jeruk tanpa es, kumaha atuh? E jeruk gitu?" Panu tertawa, "Iyaaa maaf, Bu, soalnya kebiasaan nih, ngeledek teman!"

Tiba tiba ada suara wanita yang menyahut juga, "Uuuh, dasar Panu, rasain kalau suka usil! Pesen minum tuh yang bener!" kata wanita itu. Panurata membatin, "Kok kayak suara Jerawati!" Panurata menoleh ke sebelah kanan gerobak mie ayam, "Oaaaalah, ternyata dikau, Jerawati! Yeee, kok juthek banget sih!" Sahut Jerawati, "Biarin, emang kalau aku nggak juthek, terus penting buatmu apa?" Balas Panurata, "Aduuuh, marah euy? Dirimu tetap penting buatku, meski juthek begitu!" Jawab Jerawati, "Dengarkan ya, tidak ada sekarang ini jamannya ngeleees! Adanya sekarang itu jaman juthek…!" Sahut Panu, "Iyee, kenapa sih, kok sewot banget, mau makan mie ayam sekalian, atau pesen mie nih?" Balas Jerawati, "Mau makan, atau pesen, kan bukan urusanmu, want to know banget sih?" Panurata masih bisa tersenyum, "Ampyuuun, Jeng! Kalau begitu, aku yang traktir ya!" Jerawati mulai turun otot jidatnya, "Iyee, thanks sobat!"

Panurata lalu mengajak Jerawati duduk, "Jeng, duduk sebentar, ya, 5-10 menit, temani aku makan mie nih!" Jerawati tidak menjawab, tapi langsung duduk, dan bertanya, "Kenapa minta ditemenin, kangen ya?" Panurata langsung "jaim", "Yeee, nggaklah, emang penting kalau aku kangen?" Balas Jerawati, "Yee, GR amat, aku kan cuma tanya, kangen ya? Kalau dikau kangen dengan diriku, emang aku harus juga kangen denganmu? Tak usaaaah, sorry…! Nggak level tauuuu!!" Panurata bengong, "Haaah, terus ngapain dirimu tanya, kangen segala?" Jawab Jerawati, "Emang dilarang hukum apa, kalau aku hanya sekedar bertanya? Coba dengarkan lagunya BCL Tentang Kamu, emang pertanyaan itu harus dijawab?" Balas Panurata, "Tentang Kamu? Lagunya BCL, Bunga Citra Lestari?" Sahut Jerawati, "Nah, tahu kan?" Coba deh, dengarkan ringtoneku!" 

Panu tergoda untuk menanggapi Jerawati, "Jeng berapa no hpmu?" Jawab Jerawati, "satu dualima, dua limapuluh, tiga tujuh lima". Panurata kaget, "He, itu nomer cantik apa?" Jawab Jerawati, "Iye cantik kan, secantik yang punya hp!" Panurata ngakak, "Uuuh,…dasar narcissss…!! Bener nggak nih nomermu?" Jerawati dengan mantap menyahut, "Ya bener dong! Coba miscall aku dengan teriak saja, "satu dualima, dualimapuluh, tiga tujuh lima!" Dan teriaklah Panurata, "Satudualima, dualimapuluh, tigatujuhlima" Lalu terdengarlah lagu BCL, "Bagaimana bila akhirnya ku cinta kau. Dari kekuranganmu hingga lebihmu. Bagaimana bila semua benar terjadi. Mungkin inilah yang terindah." Panurata terkejut, "Haaah…tadi kamu yang nyanyi?" Jerawati cuma nyengir, "Bagus kan, suaraku? Aku rekam suaraku dengan MP4. Jadi tinggal klik, langsung deh HPku bunyi. He he he" Panurata hanya tertawa, "Ehm gitu ya caranya pamer suara?" Jawab Jerawati, "Iya…tapi ingat aku cuma bertanya, tidak butuh jawabanmu. Okey?" Balas Panurata, "Yee, GR banget sih, nggak usah merasa deh, kalau aku mau menjawab pertanyaanmu! Mau bertanya begitu saja, pinjam pertanyaannya BCL! Nggak intelek gitu!" 

Jerawati tidak mau kalah! "Yee, biarin, aku cuma bertanya, dan pertanyaan itu tidak selalu harus dijawab." Panurata balik bertanya, "Lalu siapa yang jawab pertanyaan BCL itu?" Sahut Jerawati, "Yah, tanya lagi, dirimu sudah menjawab pertanyaan BCL atas nama Judesanti kan? Pertanyaanku juga sudah dijawab Trimbil!" Panurata lalu kelihatan kalah, "Iya deeeh…yang sudah bahagia bersama Kakanda Trimbil!!" Sahut Jerawati, "Untung banget deh, aku nggak jadian dengan dirimu. Kalau jadi, yaa..bisa tiap hari cuma sarapan mie ayam terus!" Panurata protes, "Haah, aku jauh lebih untung tau, kalau aku jadian dengan dirimu, aduuuh…hujan local terus tiap hari. Sia sia memberi makan buatmu, tidak jadi daging tapi malah energimu habis untuk judes terus. Meski isteriku namanya Judesanti, tapi dia lebih lemah lembut daripada dirimu!" Jerawati kelihatan mukanya merah, "Uuuh…dasar Panu, kapan sih panumu nggak rata!?" 

Mendengar percakapan mereka berdua, Ibu Geulis tidak tahan untuk nimbrung, "Aduuh, kalian ini sudah berkeluarga kok kayak ABG saja sih! Kalian berdua dulu teman sekelas?" Sahut Jerawati, "Iya Bu, Panurata ini teman sekelasku, tapi usil banget, suka ngumpetin sepatuku, dibawa pulang!" Bu Geulis lalu ingat, "Oh ini Panurata, anaknya Pak Jidat dari kampung Loh Jinawi, bukan? Aduuh, sekarang kumisnya tebal banget?Dulu mah bersih, tanpa kumis!" Jawab Panurata, "Iya bener, Bu! Wah Ibu jadi tahu dong masa kecilku?" Sahut Bu Geulis, "Iya, aku berarti tahu, dulu kamu usil banget, Bapak Ibumu sering cerita. Sekarang kumis tebal begini, kasep pisan euy!!" Panurata tersenyum bangga. Jerawati pun tak tahan untuk iseng, "Wakakakak, GR pisan euy, dibilang kasep pisan. Padahal aku kan paling tidak suka pria berkumis, Bu!" Jawab Bu Geulis, "Iya masing masing pria & wanita itu punya kelebihannya tidak boleh saling membenci. Neng, jangan membenci kumis ya!" Panurata pun merasa dibela, "Iya tuh dengerin nasihat orang tua! Jangan membenci kumis! Kumis itu nggak bersalah, kan Bu!

Bu Geulis lalu mengalihkan pembicaraan, "Iya sudah, sekarang Ibu pingin dengar cerita, tentang kamu Neng. Panurata langsung komentar, " Bu, Jerawati tuh ampyuuun banget lho! Masakan cewek usil banget, Bu! Suka pasang permen karet itu di bangku, kalau di buku catatanku! Padahal kan permen karet sudah dimakan, dikunyah-kunyah, basah air liurnya lagi!" Ibu Geulis tertawa, "Waaah..ternyata seneng ya jadi anak anak nakal! Boleh dulu nakal, tapi sekarang boleh nakal juga, asalkan jangan marah kalau diledek & diusilin. Sahabat itu sampai kapanpun tetap sahabat, kok!" Jawab Jerawati, "Iya Ibu...besok aku ke sini lagi ya Bu, dapat discount kan?" Panurata juga ikutan, "Iya Bu, aku besok siang ya ke sini lagi, gratis kan Bu?" Jerawati sewot, "Yeee, CU-MI, beli dong!!" Panuta tidak terima, "Kamu sendiri saja beli mie ayam minta discount, kan payah banget! Mendingan aku, nggak malu malu, minta gratisan!" Bu Geulis menyahut, "Iya sudah, buat kalian berdua gratis, tapi sebulan sekali ya!" Panurata & Jerawati serentak protes, "Yaaah, Ibu!" 

Jerawati lalu berdiri, "Iya deh Bu, nggak akan minta discount he he he!" Panurata menimpali, "Iya Bu, besok aku akan bayar dua kali lipat ya!" Mereka berdua lalu pamitan. Jawab Bu Geulis, "Iya, makasih banyak ya, jangan kapok ke sini, dan jangan kapok bayar ya!" Jerawati dan Panurata tertawa, "Waah,Ibu bisa aja!!" Panurata pun pamit pada Jerawati, " Thanks ya…sudah menemaniku makan pagi!" Sahut Jerawati, "Iyee, thanks, besok kirim mie ayam ke rumahku ya!" Jawab Panurata, "Inggih, Ndara Putri!" Mereka berdua lalu pergi ke arah berlawanan, pulang ke rumah masing masing untuk malam minggu sendiri sendiri.

Tidak ada komentar: