WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Rabu, 08 September 2010

Hidup itu Mengenangkan

oleh Blasius Full pada 19 April 2010 jam 17:36

Sahabat-sahabatku, 
"Hidup itu intinya mengenangkan". Mengenangkan (anamnesis) sebenarnya tidak sekedar bernostalgia dan melamun akan peristiwa yang indah saja, melainkan lebih dari itu, mengenangkan itu tidak lain sebuah jerih payah untuk menjadi "TANDA" agar KENANGAN INDAH itupun menjadi KENYATAAN sekarang ini dalam SUASANA, WAJAH, & PELAKU yang baru. Namun intinya sama sepanjang hidup, yakni "CINTA & KASIH". 

"Cinta dan kasih' siapakah yang dikenangkan? Tidak lain dan bukan adalah Cinta dan Kasih Tuhan. Begitu muluk-muluk kah kenangan terindah itu? Bisa jadi orang merasa muluk-muluk! Tapi persis itulah sebuah kenyataan yang kontradiktif, kerap kali kita kurang mengakui kebenaran bahwa KITA DICINTAI TUHAN TANPA SYARAT! Kebenaran itu sulit diakui oleh manusia, dan bahkan ditertawakan, "Benarkah Tuhan mencintai kita tanpa syarat?" 

Kesulitan kita mengakui kebenaran itu tumbuh subur dalam keyakinan kita karena kita terbiasa dihargai orang lain kalau kita sukses dalam studi, sudah lulus S-1 Inggris, S-2 Psikologi, lulus S-3 Kimia, sudah jadi dokter, jadi Finance Manager, jadi pastor dan seterusnya. Namun bagaimanakah penghargaan kita terhadap orang cacat, orang miskin, orang pengangguran, orang buta huruf, tidak berprestasi di masyarakat maupun lembaga formal. Lihatlah saja kalau hari hari besar, kebanyakan orang mudik akan saling bercerita dan bertanya, "Wah gimana anak-anakmu sekarang, suamimu dan isterimu?" Jawabannya pasti saling "berlomba" untuk menunjukkan "prestasi". "Anakku sekarang sudah jadi Direktur Bank Swasta ! Anakku sekarang punya pacar orang terkenal, lho!! Anakku sudah lulus S-2 Psikologi dengan nilai cum laude; calon menantuku nihng perempuan, ya orang Sunda, tapi aduuh pinter pisan ngatur keuangan, sampai dipercaya bossnya jadi pemegang kas perusahaan pipa! Ehm kalau calon menantuku yang pria nih, lulusan S-2 jurusan pertambangan, pulangnya suka 1 bulan sekali! " Wah seru pokoknya, mereka saling berebut cerita dan merasa harga diri orang tua merasa terangkat (Entah terangkat berapa meter?) 

Namun, di antara mereka juga ada orang yang "diam" tidak ikut "bersaing dan berlomba menceritakan prestasi anak-anaknya? Mengapa? Ternyata anak-anak mereka kurang berhasil,bahkan ada yang cacat ganda, ada yang gagal ujian, ada yang bandhel, ada juga yang jadi preman kampung sampai memalukan keluarga, dst". 

Begitulah dunia, memberikan penghargaan atas dasar "prestasi yang kelihatan". Lalu mereka akan bilang, "Wah bener bener jadi ORANG,yaaa!!! Begitulah "namanya ORANG" itu adalah mereka yang berpretasi dan mengangkat harga diri orang tua. (Lhoh...memangnya kalau tidak berprestasi itu BUKAN ORANG, yaaaaa? Iya kaleeeee....terus apa dong? Monyeeet?) Jadi orang dihargai karena "penampilan fisik, gelar, status, jabatan!" Pertanyaannya adalah apakah Tuhan itu menghargai manusia karena kita berprestasi, bergelar, berstatus dan memiliki jabatan yang menggiurkan?" 

Sahabat-Sahabatku, 
Martabat dan harga diri kita di mata Tuhan TIDAK TERLETAK pada prestasi, penampilan, dan kekayaan serta status yang kita miliki! Namun, martabat kita itu tidak lain adalah ANAK ALLAH. Tuhan memilih kita menjadi anak-Nya karena kita telah berdosa akibat dosa asal manusia pertama Adam dan Hawa. Kita dicintai karena Tuhan tidak rela diri kita terbelenggu oleh kuasa dosa. Tuhan tidak rela kita menjadi hamba dosa! Maka kejatuhan manusia ke dalam dosa telah menjadi keprihatinan Tuhan yang mendalam, juga sampai sekarang ini! Itulah Tuhan yang maharahim. Sebagaimana rahim seorang ibu itu selalu memberi makan kepada janin yang dikandungnya tanpa syarat, demikianlah juga, Tuhan mengandung kita yang berdosa, agar kita tetap memiliki kesempatan untuk berubah menjadi makin sempurna! Tuhan yang maharahim itu adalah Tuhan yang bergembira kalau anaknya bertobat. Pertobatan itu bukan dibuat karena orang takut akan hukuman Tuhan, melainkan buatlah karena Tuhan bangga akan anak-Nya yang mau berubah! 

Sahabat-sahabatku, 
Tuhan yang berbahagia kaerna kita bertobat, Dialah juga yang memberi kebebasan, agar keputusan kita berubah itu sungguh tulus dan tidak terpaksa! Itulah cinta yang penuh resiko, karena manusia bisa saja menolak dan tidak mau taat kepada-Nya. Namun juga, karena dibebaskan, manusia justru memilih sendiri untuk taat kepada-Nya tanpa syarat. Itulah kebebasan yang membuat kita menjadi diri sendiri. Itulah cinta Tuhan yang pantas untuk dikenang!! Karena itu, cinta Tuhan itu dapat dikenang kalau kitapun mampu menjadi TANDA yang hidup dari CINTA TUHAN YANG MEMBEBASKAN. Konkretnya bagaimana? 

Konkretnya menjadi Tanda Cinta Tuhan itu tidak sulit! Mudah kalau kita mau! Cobalah selalu belajar "menawarkan" dalam segala hal, kepada pasangan hidup, kepada teman serumah, kepada anak-anak yang sudah remaja. Misalnya, "Mas, apa yang bisa saya bantu?" Pertanyaan itu membuat orang "terbuka untuk meminta tolong, tapi juga terbuka untuk memberi pertolongan tanpa terpaksa, dan orang yang ditolong juga tidak merasa ada pamrih! Pertanyaan itu khas kayaknya untuk karyawan "Customer Service", tapi bukankah model pertanyaan itu juga bisa menjadi "kebiasaan kita setiap hari?" 

Menjadi Tanda itu juga dapat mulai mengubah paradigma kita tentang orang cacat, miskin dan tidak berprestasi, dari paradigma "meremehkan" menjadi "mengistimewakan". Arinya, orang-orang yang dianggap tak berdaya itu justru sebenarnya memiliki "kekuatan untuk dicintai" karena situasi keterbatasannya membuka kesempatan untuk "diperhatikan, dirawat, dan dibantu dalam berbagai macam hal". Dalam kerapuhan dan kelemahannya mereka "mengundang kita untuk terlibat dalam hidupnya". Kalau cara pandang kita seperti itu, akan banyak orang yang dapat kita perhatikan. Itulah saat saat penuh rahmat Tuhan untuk melihat wajah-Nya dalam diri orang yang disingkirkan dunia karena tidak berprestasi. 

Moga moga hari ini makin banyak orang mau menjadi TANDA yang hidup, agar CINTA TUHAN menjadi kenyataan! 
http://suzumushi.files.wordpress.com/2009/03/rel-kereta-api.jpg
 ·  · Bagikan

Tidak ada komentar: