WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Sabtu, 25 September 2010

Manakah yang lebih menakutkan, menguatirkan, mencemaskan & menggelisahkan?

oleh Blasius Full pada 18 Januari 2010 jam 5:17

Sahabatku,

Banyak orang begitu takut dinilai penampilannya, sampai dia bingung untuk memilih baju yang akan dipakainya. Dia bingung karena takut, apa kata orang kalau warna baju dan celana tidak "serasi", alias tidak "matching". Tapi orang tidak merasa takut untuk mengomentari cara penampilan orang lain, dan merasa biasa saja kalau menghakimi menurut kacamatanya sendiri. Padahal, apa yang dikatakan untuk mengadili orang lain, berlaku juga untuk diri kita.

Banyak orang begitu takut kalau tidak mampu memberi kado "amlop" saat hajatan pengantin tetangga, saudara atau kenalannya. Orang takut, harga dirinya mau dikemanakan kalau ketahuan tidak memberi kado, apalagi orang itu masih punya anak perempuan yang siap nikah. Bagaimana nanti jadinya kalau aku tidak memberi "amplop", pastilah juga nanti aku tidak diberi. Wah bisa repot kalau aku tidak memberi, nanti aku sudah menghabiskan puluhan juta untuk hajatan, tapi malah nggak bisa mengembalikan uang itu. Begitulah orang lebih takut tidak memberi kado kepada orang hajatan manten, tapi dia tetap bisa "cuek" kalau tidak memberi "sumbangan" untuk orang yang sedang berkabung. 

Banyak orang begitu takut ditinggalkan oleh sahabat-sahabatnya karena ia tidak lagi bisa bicara banyak hal tentang acara televisi. Karena itu banyak ibu rumah tangga tidak mau kehilangan sahabatnya dengan cara "rajin" nonton TV. Namun orang tidak merasa cemas, kalau dirinya belum berdoa, dan merasa biasa saja, seperti tidak membutuhkan Tuhan dalam hidupnya. 

Banyak orang sekarang ini tidak merasa gelisah kalau dirinya tidak menyempatkan waktu untuk berdoa! Namun betapa gelisahnya orang itu kalau listrik mati dan tidak dapat menonton acara televisi dan bermain internet. 

Banyak orang merasa tidak gelisah kalau tidak membawa buku doa ke Gereja. namun betapa gelisahnya saat HPnya ketinggalan. Karena itu lebih baik putar balik, dan ambil HP di rumah. Daripada HP ketinggalan di rumah, lebih baik bagi dia pulang ke rumah untuk ambil HP,meskipun akhirnya datang misa terlambat. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali (begitukah pembenarannya??)

Banyak orang takut menderita untuk "mati raga". Berapa banyak orang yang sulit untuk berhenti merokok. Mereka jauh lebih berani menanggung resiko "dengan merokok". Padahal mereka tahu akibat merokok bisa kanker paru-paru, serangan jantung dan sesak nafas. Mereka lebih mudah mengeluarkan uang untuk rokok namun lebih sulit untuk menabung dengan jumlah uang yang sama. Kalau sehari saja habis 1 bungkus rokok @ Rp.10.000, dikalikan 31 hari = Rp 310.000 Kalau 12 bulan? Rp 3.620.000. Kalau 5 tahun saja? Ternyata uang yang dikumpulkan cukup beli satu sepeda motor, bukan? Begitulah cukuplah orang mau berkomitmen matiraga sebentar, orang bisa menjadi "kecukupan". Namun apa yang terjadi?

Akhirnya, 
berbagai hal yang dianggap menakutkan,menguatirkan, mencemaskan & menggelisahkan sebenarnya. sebuah kesempatan terindah untuk selalu mengundan hadirnya Roh Kudus, Roh Kasih-Nya, agar kita dapat mengubah ketakutan menjadi keberanian, kekuatiran menjadi harapan, kegelisahan menjadi kedamaian. Kalau keterbatasan itu tidak diolah, akibatnya terbukalah kemungkinan untuk mudah jadi penakut, trouble maker, pribadi yang suka menyalahkan orang lain Persoalannya adalah bagaimanakah mengubah, "Kekuatiran, kecemasan & kegelisahan" itu menjadi "harapan baru?"

Harapan baru itu akan menjadi kenyataan kalau orang berani "mati raga", yakni berkomitmen mau kehilangan kesempatan untuk menikmati segala yang menyenangkan. Komitmen yang tangguh pastilah tercipta karena karakter yang kuat, keterampilan & pengetahuan yang mencukupi. Semoga hari ini, terjadilah mukjijat, air berubah menjadi anggur. Hidup yang serba penuh ketakutan, kecemasan, kekuatiran, diubah oleh darah-Nya itu menjadi hidup penuh harapan. Harapan itu tidak lain kesediaan untuk terus berani melangkah di hari esok, juga kalau ada banyak ketidakpastian hidup. Dalam ketidakpastian itulah, kita akan tertantang untuk lebih mengandalkan Allah daripada mengandalkan manusia dan dunia ini. 

Semoga hari ini ada banyak tanda pengharapan di sela sela berbagai macam masalah dan kesulitan hidup yang sedang kita hadapi bersama. 

Warm regards

Tidak ada komentar: