WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Sabtu, 11 September 2010

Tikus pun berfilsafat

oleh Blasius Full pada 21 Januari 2010 jam 22:24

Di dalam sebuah hutan, hiduplah seekor tikus ahli filsafat.
Ia mengetahui satu hal yang tidak pernah diketahui
hewan-hewan lain. Ia yakin bahwa gelisah bisa membunuh
seseorang. Sebab, gelisah bisa membunuh kebahagiaan,
memadamkan kilauan cahaya dan menghilangkan kenyamanan.
Selain itu, kegelisahan juga bisa menghancurkan akal, hati dan
fisik.

Pada suatu hari, ia ingin mengajari teman-teman dan
anak-anaknya dengan pelajaran tersebut. Tetapi sang tikus
tidak ingin pelajarannya sekadar didengar dan dihafal saja.
Ia ingin pelajaran itu dipraktekkan dan tertanam dalam sanubari.

Ketika sedang berceramah dihadapan hewan-hewan tersebut,
tiba-tiba muncullah seekor singa. Tikus sang filosof kemudian
berkata, "Tuan singa, aku hendak mengatakan sesuatu.
Aku berharap engkau mau memberikan jaminan keamanan
kepadaku."

Sang singa menjawab, "Aku menjamin keamananmu, wahai
tikus yang pemberani."

Tikus kemudian berkata, "Di hadapan semua hewan-hewan ini,
aku hendak menyatakan bahwa aku mampu membunuhmu jika
engkau memberiku waktu selama sebulan penuh.
Seluruh penghuni hutan ini akan melihat hal itu."

Mendengar hal itu, sang singa langsung tertawa. Dengan nada
mengejek, dia berkata, "Engkau mau membunuhku?"

"Benar", jawab filosof tikus mantap dan percaya diri.

"Aku setuju. Tetapi jika engkau tidak bisa melakukannya,
engkau akan kupancung di depan semua hewan.
Waktunya sebulan mulai dari sekarang."

"Baik, aku setuju."

Sepuluh hari telah berlalu dan singa sama sekali tidak pernah
memikirkan ancaman tikus tersebut. Akan tetapi, beberapa
hari kemudian, terbersit dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya
hendak dilakukan oleh tikus itu? Kenapa ia kelihatan begitu
meyakinkan? Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar terjadi?"

Beberapa saat kemudian ia tertawa jungkir balik sambil
berkata, "Bagaimana mungkin si tikus mampu membunuhku
sedangkan aku punya anak-anak yang akan membelaku?
Walaupun ia mengerahkan seluruh tikus yang ada sekalipun,
tidak mungkin bisa membunuhku."

Beberapa hari kemudian, bisikan tersebut kembali hadir dalam
benaknya. Untuk kali ini, ia merasakan bahwa bisikan tersebut
terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Waktu terus berjalan dan batas waktu yang ditentukan hampir
berakhir. Sementara itu, sang tikus tidak datang untuk
mencabut pernyataannya ataupun menyerah. Justru, filosof
tikus malah terus mengumumkan ancamannya ke seluruh
penghuni hutan.

Melihat kenyataan tersebut, sang singa terus berpikir,
"Apakah filosof tikus mempunyai senjata yang ampuh atau
telah mengumpulkan kekuatan yang luar biasa, atau membuat
jebakan yang mematikan?"

Hari demi hari berganti dan pikiran-pikiran tersebut selalu
muncul hingga membuat singa tidak doyan makan dan minum.
Dia selalu memikirkan nasib dan akhir yang begitu mengerikan,
seperti ancaman tikus tersebut.

Sebelum hari yang ditentukan tiba, tepatnya pada pagi hari yang
keduapuluh lima , hewan-hewan menemukan singa tersebut
telah mati di dalam kandangnya.

Dia telah terbunuh oleh perasaan was-was dan ketakutan.
Daging dan lemaknya telah terbakar oleh kesedihan yang ia
rasakan, padahal sang tikus tidak pernah melakukan tipu
muslihat atau merancang persengkongkolan apapun. Ia hanya
mengetahui sebuah rahasia, bahwa menunggu musibah,
memperkirakan bencana dan was-was terhadap sebuah tragedi
adalah senjata ampuh yang bisa membunuh jagoan pemberani
ataupun sang perkasa yang tidak punya rasa takut.

Jangan pernah menyia-nyiakan waktu

Kebanyakan orang tidak pernah menghiraukan hari-hari yang
dijalaninya, karena sibuk untuk masa depan. Cita-cita telah
membuatnya lupa manisnya kehidupan yang sedang dia jalani.
Yang ada hanyalah ketakutan akan masa depan. Mereka selalu
resah dengan hari-hari yang akan datang.

Mereka selalu berpikir bagaimana seandainya kehilangan
pekerjaan? Bagaimana dia akan memberi makan anak-anak?
Apa yang akan dia katakan kepada teman-teman?
Serta bagaimana nasibnya kemudian?

Kalau kegelisahan mengenai hal-hal tersebut mampu diatasi,
dia akan memikirkan hal-hal lain. Bagaimana seandainya dia
menderita sakit, buta atau kaki buntung? Bagaimana bentuk
tubuhnya nanti? Bagaimana dia akan menanggung semua itu?

Yang ada di dalam kepala hanyalah musibah dan musibah.
Barangkali, mobil yang dinaiki akan mengalami kecelakaan,
barangkali pesawat yang ditumpangi akan jatuh, barangkali
kapal yang ia naiki akan tenggelam dan barangkali saja
bangunan tempat dia tinggal akan runtuh.

Dia pun takut kalau sampai hal-hal yang tidak diinginkan
tersebut terjadi. Orang seperti ini akan menjadi mangsa
empuk serigala buas bernama kegelisahan dan makanan lezat
hantu bernama kesedihan.

sent by haryono99@gmail.com

Tidak ada komentar: