WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Sabtu, 11 September 2010

Warung Mie Ayam “Geulis”

oleh Blasius Full pada 06 Februari 2010 jam 10:47

Hari ini, Sabtu, Panurata tidak ke kantor CU Cikal Bakal, tapi menyempatkan diri jalan jalan pagi sendirian. Sementara Judesanti isterinya ada di rumah. Panurata berjalan ke arah alun-alun kecamatan Gemah Ripah. Di seberang jalan alun-alun, ada penjual mie ayam yang rasanya "yahuuut"! Lalu mampirlah Panurata di warung mie ayam, namanya "Geulis" itu. "Bu, langsung 2 mangkok, es jeruk tanpa es satu ya!" Penjual mie ayam itu, Ibu Geulis, langsung menyahut, "Mang, kok es jeruk tanpa es, kumaha atuh? E jeruk gitu?" Panu tertawa, "Iyaaa maaf, Bu, soalnya kebiasaan nih, ngeledek teman!"

Tiba tiba ada suara wanita yang menyahut juga, "Uuuh, dasar Panu, rasain kalau suka usil! Pesen minum tuh yang bener!" kata wanita itu. Panurata membatin, "Kok kayak suara Jerawati!" Panurata menoleh ke sebelah kanan gerobak mie ayam, "Oaaaalah, ternyata dikau, Jerawati! Yeee, kok juthek banget sih!" Sahut Jerawati, "Biarin, emang kalau aku nggak juthek, terus penting buatmu apa?" Balas Panurata, "Aduuuh, marah euy? Dirimu tetap penting buatku, meski juthek begitu!" Jawab Jerawati, "Dengarkan ya, tidak ada sekarang ini jamannya ngeleees! Adanya sekarang itu jaman juthek…!" Sahut Panu, "Iyee, kenapa sih, kok sewot banget, mau makan mie ayam sekalian, atau pesen mie nih?" Balas Jerawati, "Mau makan, atau pesen, kan bukan urusanmu, want to know banget sih?" Panurata masih bisa tersenyum, "Ampyuuun, Jeng! Kalau begitu, aku yang traktir ya!" Jerawati mulai turun otot jidatnya, "Iyee, thanks sobat!"

Panurata lalu mengajak Jerawati duduk, "Jeng, duduk sebentar, ya, 5-10 menit, temani aku makan mie nih!" Jerawati tidak menjawab, tapi langsung duduk, dan bertanya, "Kenapa minta ditemenin, kangen ya?" Panurata langsung "jaim", "Yeee, nggaklah, emang penting kalau aku kangen?" Balas Jerawati, "Yee, GR amat, aku kan cuma tanya, kangen ya? Kalau dikau kangen dengan diriku, emang aku harus juga kangen denganmu? Tak usaaaah, sorry…! Nggak level tauuuu!!" Panurata bengong, "Haaah, terus ngapain dirimu tanya, kangen segala?" Jawab Jerawati, "Emang dilarang hukum apa, kalau aku hanya sekedar bertanya? Coba dengarkan lagunya BCL Tentang Kamu, emang pertanyaan itu harus dijawab?" Balas Panurata, "Tentang Kamu? Lagunya BCL, Bunga Citra Lestari?" Sahut Jerawati, "Nah, tahu kan?" Coba deh, dengarkan ringtoneku!" 

Panu tergoda untuk menanggapi Jerawati, "Jeng berapa no hpmu?" Jawab Jerawati, "satu dualima, dua limapuluh, tiga tujuh lima". Panurata kaget, "He, itu nomer cantik apa?" Jawab Jerawati, "Iye cantik kan, secantik yang punya hp!" Panurata ngakak, "Uuuh,…dasar narcissss…!! Bener nggak nih nomermu?" Jerawati dengan mantap menyahut, "Ya bener dong! Coba miscall aku dengan teriak saja, "satu dualima, dualimapuluh, tiga tujuh lima!" Dan teriaklah Panurata, "Satudualima, dualimapuluh, tigatujuhlima" Lalu terdengarlah lagu BCL, "Bagaimana bila akhirnya ku cinta kau. Dari kekuranganmu hingga lebihmu. Bagaimana bila semua benar terjadi. Mungkin inilah yang terindah." Panurata terkejut, "Haaah…tadi kamu yang nyanyi?" Jerawati cuma nyengir, "Bagus kan, suaraku? Aku rekam suaraku dengan MP4. Jadi tinggal klik, langsung deh HPku bunyi. He he he" Panurata hanya tertawa, "Ehm gitu ya caranya pamer suara?" Jawab Jerawati, "Iya…tapi ingat aku cuma bertanya, tidak butuh jawabanmu. Okey?" Balas Panurata, "Yee, GR banget sih, nggak usah merasa deh, kalau aku mau menjawab pertanyaanmu! Mau bertanya begitu saja, pinjam pertanyaannya BCL! Nggak intelek gitu!" 

Jerawati tidak mau kalah! "Yee, biarin, aku cuma bertanya, dan pertanyaan itu tidak selalu harus dijawab." Panurata balik bertanya, "Lalu siapa yang jawab pertanyaan BCL itu?" Sahut Jerawati, "Yah, tanya lagi, dirimu sudah menjawab pertanyaan BCL atas nama Judesanti kan? Pertanyaanku juga sudah dijawab Trimbil!" Panurata lalu kelihatan kalah, "Iya deeeh…yang sudah bahagia bersama Kakanda Trimbil!!" Sahut Jerawati, "Untung banget deh, aku nggak jadian dengan dirimu. Kalau jadi, yaa..bisa tiap hari cuma sarapan mie ayam terus!" Panurata protes, "Haah, aku jauh lebih untung tau, kalau aku jadian dengan dirimu, aduuuh…hujan local terus tiap hari. Sia sia memberi makan buatmu, tidak jadi daging tapi malah energimu habis untuk judes terus. Meski isteriku namanya Judesanti, tapi dia lebih lemah lembut daripada dirimu!" Jerawati kelihatan mukanya merah, "Uuuh…dasar Panu, kapan sih panumu nggak rata!?" 

Mendengar percakapan mereka berdua, Ibu Geulis tidak tahan untuk nimbrung, "Aduuh, kalian ini sudah berkeluarga kok kayak ABG saja sih! Kalian berdua dulu teman sekelas?" Sahut Jerawati, "Iya Bu, Panurata ini teman sekelasku, tapi usil banget, suka ngumpetin sepatuku, dibawa pulang!" Bu Geulis lalu ingat, "Oh ini Panurata, anaknya Pak Jidat dari kampung Loh Jinawi, bukan? Aduuh, sekarang kumisnya tebal banget?Dulu mah bersih, tanpa kumis!" Jawab Panurata, "Iya bener, Bu! Wah Ibu jadi tahu dong masa kecilku?" Sahut Bu Geulis, "Iya, aku berarti tahu, dulu kamu usil banget, Bapak Ibumu sering cerita. Sekarang kumis tebal begini, kasep pisan euy!!" Panurata tersenyum bangga. Jerawati pun tak tahan untuk iseng, "Wakakakak, GR pisan euy, dibilang kasep pisan. Padahal aku kan paling tidak suka pria berkumis, Bu!" Jawab Bu Geulis, "Iya masing masing pria & wanita itu punya kelebihannya tidak boleh saling membenci. Neng, jangan membenci kumis ya!" Panurata pun merasa dibela, "Iya tuh dengerin nasihat orang tua! Jangan membenci kumis! Kumis itu nggak bersalah, kan Bu!

Bu Geulis lalu mengalihkan pembicaraan, "Iya sudah, sekarang Ibu pingin dengar cerita, tentang kamu Neng. Panurata langsung komentar, " Bu, Jerawati tuh ampyuuun banget lho! Masakan cewek usil banget, Bu! Suka pasang permen karet itu di bangku, kalau di buku catatanku! Padahal kan permen karet sudah dimakan, dikunyah-kunyah, basah air liurnya lagi!" Ibu Geulis tertawa, "Waaah..ternyata seneng ya jadi anak anak nakal! Boleh dulu nakal, tapi sekarang boleh nakal juga, asalkan jangan marah kalau diledek & diusilin. Sahabat itu sampai kapanpun tetap sahabat, kok!" Jawab Jerawati, "Iya Ibu...besok aku ke sini lagi ya Bu, dapat discount kan?" Panurata juga ikutan, "Iya Bu, aku besok siang ya ke sini lagi, gratis kan Bu?" Jerawati sewot, "Yeee, CU-MI, beli dong!!" Panuta tidak terima, "Kamu sendiri saja beli mie ayam minta discount, kan payah banget! Mendingan aku, nggak malu malu, minta gratisan!" Bu Geulis menyahut, "Iya sudah, buat kalian berdua gratis, tapi sebulan sekali ya!" Panurata & Jerawati serentak protes, "Yaaah, Ibu!" 

Jerawati lalu berdiri, "Iya deh Bu, nggak akan minta discount he he he!" Panurata menimpali, "Iya Bu, besok aku akan bayar dua kali lipat ya!" Mereka berdua lalu pamitan. Jawab Bu Geulis, "Iya, makasih banyak ya, jangan kapok ke sini, dan jangan kapok bayar ya!" Jerawati dan Panurata tertawa, "Waah,Ibu bisa aja!!" Panurata pun pamit pada Jerawati, " Thanks ya…sudah menemaniku makan pagi!" Sahut Jerawati, "Iyee, thanks, besok kirim mie ayam ke rumahku ya!" Jawab Panurata, "Inggih, Ndara Putri!" Mereka berdua lalu pergi ke arah berlawanan, pulang ke rumah masing masing untuk malam minggu sendiri sendiri.

Mawar yang ingin menjadi Bakung

oleh Blasius Full pada 30 Januari 2010 jam 8:51

Suatu saat, siang hari, Mawar mencurahkan hatinya kepada Bakung di sebuah kebun yang indah dan segar karena dikelilingi pohon mangga yang besar dan rindang, pohon durian yang sedang lebat buahnya, juga pohon rambutan yang lagi mulai berbunga. 

Mawar bertanya pada Bakung, "Bakung, kenapa kamu hanya berbunga sebulan sekali, tapi harum mewangi kelopakmu, tanpa duri lagi! Kamu cantik dan banyak orang mengagumimu, seluruh dirimu, kelopak, tangkai dan daunmu." Bakung menatap Mawar, katanya, "Mawar, temanku, kenapa engkau bertanya begitu? Apakah engkau ingin menjadi diriku?" Sahut Mawar, "Iya Bakung, aku pingin jadi dirimu saja. Banyak orang mengagumi, karena dikau tidak pilih kasih untuk memberikan aroma wangimu kepada siapapun. Sementara aku ini hanya disenangi orang karena kelopakku dan harum diriku, tapi duri-duriku, siapa yang mau?" Balas Bakung, "Ehmm begitu, tapi aku memberikan harumku pada siapapun, bukan karena diriku, tapi karena Tuhan yang telah menciptakan aku. Aku diberinya tugas hanya berbunga dan membagikan aromaku pada siapapun. Aku sendiri tidak bisa menghentikan aromaku bila ada orang jahat yang mencium kelopakku."Jawab Mawar, "Iyaa Bakung, aku pun begitu, tapi satu ganjalan yang belum engkau katakan, kenapa tangkaiku harus berduri? Kenapa Tuhan memberikan duri itu, sehingga banyak orang menjauhi aku?

Dengan tatapan penuh keramahan, Bakung menenangkan hati Mawar, "Sobatku, jangan terlalu berpikir negatif pada Tuhan, ya! Tuhan menciptakan duri pada tangkaimu bukan untuk membuatmu terasing dan disingkirkan oleh manusia! Justru duri-duri di tangkaimu itu menjadi simbol kehidupan ini, yang tidak selalu mulus, tetapi ada duri-duri kerapuhan, duri masalah, dan sebagainya. Aku pun rapuh, coba saja pegang daunku yang mudah patah, dan roboh kalau kena angin. Kelopakku juga tidak bertahan lama, kena hujan deras, aku sudah tidak tahan untuk tetap tegar. Aku sadar, diriku pun rapuh. Kelopak, daunku juga simbol bagi manusia yang mudah rapuh."

Mendengar kata kata Bakung, Mawar menjadi tenang. "Bakung, terima kasih banyak, engkau memberikan banyak peneguhan untukku. Aku tetap mau jadi simbol hidup manusia. Yang terindah dalam diriku, kelopakku, selalu ada bersama dengan duriku. Begitu juga hidup manusia, selalu ada duri." Sahut Bakung, "Iya Mawar, begitulah hidup manusia! Tuhan menciptakan kita untuk hidup bersama dengan manusia, agar mereka pun sadar, tidak bisa tidak manusia hidup bersama dengan kerapuhannya. Bukankah di balik keindahan kelopakku, ada daunku yang mudah patah dan sobek bila terkena angin kencang dan hujan deras." Kata Mawar, "Iya benar, kelopakmu indah justru berkembang karena daun-daunmu yang rapuh itu sudah bertunas dan menua." Sahut Bakung, "Begitu juga dirimu, keindahan dan keharuman kelopakmu tidak pernah lepas dari tangkaimu yang berduri!" Mawar pun tersenyum lega, "Jadi, aku tidak perlu, kan, berganti menjadi dirimu, Bakung?" Kata Bakung, "Iyaa, tidak perlu! Kita tidak usah saling berganti peran, biarlah engkau menjadi Mawar Berduri, dan aku jadi Bakung yang mudah sobek daunnya!.

Setelah mereka mengatakan itu, Mawar pamitan, "Bakung, terima kasih banyak ya...peneguhanmu! Aku pamit dulu, matahari sudah terbenam. Besok kita ketemu lagi ya!" Bakung mengangguk, "Iya Mawar, terima kasih juga keterbukaanmu! Menjelang fajar merekah, aku akan menyapamu lebih dulu ya!" Mawar dan Bakung lalu beristirahat menantikan Sang Mentari terbit di ufuk Timur.

Rabu, 08 September 2010

Kalajengking

oleh Blasius Full pada 12 April 2010 jam 22:02

Ada seorang India yang melihat seekor kalajengking mengambang berputar-putar di air. Ia memutuskan untuk menolong kalajengking itu keluar dengan mengulurkan jarinya, tetapi kalajengking itu menyengatnya. Orang itu masih tetap berusaha mengeluarkan kalajengking itu keluar dari air, tetapi binatang itu lagi-lagi menyengat dia.

Seorang pejalan kaki yang melihat kejadian itu mendekat dan melarang orang India itu menyelamatkan kalajengking yang terus saja menyengat orang yang mencoba menyelamatkannya. Tetapi orang India itu berkata, "Secara alamiah kalajengking itu menyengat. Secara alamiah saya ini mengasihi. Mengapa saya harus melepaskan naluri alamiah saya untuk mengasihi gara-gara kalajengking itu secara alamiah menyengat saya?"

Jangan berhenti mengasihi,

Jangan menghentikan kebaikan anda, Bahkan meskipun ketika orang-orang lain menyengat anda.
http://i110.photobucket.com/albums/n87/Supaida/Scorpions/DeathStalker.jpg


sumber:http://forumkristen.com/komunitas/index.php?topic=8730.5%3Bwap2

Anak Katak takut dengan tanda hujan











oleh Blasius Full pada 13 April 2010 jam 7:34

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. “Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?” ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

“Anakku,” ucap sang induk kemudian. “Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik.” jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?” tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

“Anakku. Itu cuma angin,” ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. “Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!” tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

“Blarrr!!!” suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. “Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!” ucapnya sambil terus memejamkan mata.

“Sabar, anakku!” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,” ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!”
**

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

sumber : Kaskus

http://i427.photobucket.com/albums/pp359/yauhui/theoxandthefrog.gif

Hidup itu Mengenangkan

oleh Blasius Full pada 19 April 2010 jam 17:36

Sahabat-sahabatku, 
"Hidup itu intinya mengenangkan". Mengenangkan (anamnesis) sebenarnya tidak sekedar bernostalgia dan melamun akan peristiwa yang indah saja, melainkan lebih dari itu, mengenangkan itu tidak lain sebuah jerih payah untuk menjadi "TANDA" agar KENANGAN INDAH itupun menjadi KENYATAAN sekarang ini dalam SUASANA, WAJAH, & PELAKU yang baru. Namun intinya sama sepanjang hidup, yakni "CINTA & KASIH". 

"Cinta dan kasih' siapakah yang dikenangkan? Tidak lain dan bukan adalah Cinta dan Kasih Tuhan. Begitu muluk-muluk kah kenangan terindah itu? Bisa jadi orang merasa muluk-muluk! Tapi persis itulah sebuah kenyataan yang kontradiktif, kerap kali kita kurang mengakui kebenaran bahwa KITA DICINTAI TUHAN TANPA SYARAT! Kebenaran itu sulit diakui oleh manusia, dan bahkan ditertawakan, "Benarkah Tuhan mencintai kita tanpa syarat?" 

Kesulitan kita mengakui kebenaran itu tumbuh subur dalam keyakinan kita karena kita terbiasa dihargai orang lain kalau kita sukses dalam studi, sudah lulus S-1 Inggris, S-2 Psikologi, lulus S-3 Kimia, sudah jadi dokter, jadi Finance Manager, jadi pastor dan seterusnya. Namun bagaimanakah penghargaan kita terhadap orang cacat, orang miskin, orang pengangguran, orang buta huruf, tidak berprestasi di masyarakat maupun lembaga formal. Lihatlah saja kalau hari hari besar, kebanyakan orang mudik akan saling bercerita dan bertanya, "Wah gimana anak-anakmu sekarang, suamimu dan isterimu?" Jawabannya pasti saling "berlomba" untuk menunjukkan "prestasi". "Anakku sekarang sudah jadi Direktur Bank Swasta ! Anakku sekarang punya pacar orang terkenal, lho!! Anakku sudah lulus S-2 Psikologi dengan nilai cum laude; calon menantuku nihng perempuan, ya orang Sunda, tapi aduuh pinter pisan ngatur keuangan, sampai dipercaya bossnya jadi pemegang kas perusahaan pipa! Ehm kalau calon menantuku yang pria nih, lulusan S-2 jurusan pertambangan, pulangnya suka 1 bulan sekali! " Wah seru pokoknya, mereka saling berebut cerita dan merasa harga diri orang tua merasa terangkat (Entah terangkat berapa meter?) 

Namun, di antara mereka juga ada orang yang "diam" tidak ikut "bersaing dan berlomba menceritakan prestasi anak-anaknya? Mengapa? Ternyata anak-anak mereka kurang berhasil,bahkan ada yang cacat ganda, ada yang gagal ujian, ada yang bandhel, ada juga yang jadi preman kampung sampai memalukan keluarga, dst". 

Begitulah dunia, memberikan penghargaan atas dasar "prestasi yang kelihatan". Lalu mereka akan bilang, "Wah bener bener jadi ORANG,yaaa!!! Begitulah "namanya ORANG" itu adalah mereka yang berpretasi dan mengangkat harga diri orang tua. (Lhoh...memangnya kalau tidak berprestasi itu BUKAN ORANG, yaaaaa? Iya kaleeeee....terus apa dong? Monyeeet?) Jadi orang dihargai karena "penampilan fisik, gelar, status, jabatan!" Pertanyaannya adalah apakah Tuhan itu menghargai manusia karena kita berprestasi, bergelar, berstatus dan memiliki jabatan yang menggiurkan?" 

Sahabat-Sahabatku, 
Martabat dan harga diri kita di mata Tuhan TIDAK TERLETAK pada prestasi, penampilan, dan kekayaan serta status yang kita miliki! Namun, martabat kita itu tidak lain adalah ANAK ALLAH. Tuhan memilih kita menjadi anak-Nya karena kita telah berdosa akibat dosa asal manusia pertama Adam dan Hawa. Kita dicintai karena Tuhan tidak rela diri kita terbelenggu oleh kuasa dosa. Tuhan tidak rela kita menjadi hamba dosa! Maka kejatuhan manusia ke dalam dosa telah menjadi keprihatinan Tuhan yang mendalam, juga sampai sekarang ini! Itulah Tuhan yang maharahim. Sebagaimana rahim seorang ibu itu selalu memberi makan kepada janin yang dikandungnya tanpa syarat, demikianlah juga, Tuhan mengandung kita yang berdosa, agar kita tetap memiliki kesempatan untuk berubah menjadi makin sempurna! Tuhan yang maharahim itu adalah Tuhan yang bergembira kalau anaknya bertobat. Pertobatan itu bukan dibuat karena orang takut akan hukuman Tuhan, melainkan buatlah karena Tuhan bangga akan anak-Nya yang mau berubah! 

Sahabat-sahabatku, 
Tuhan yang berbahagia kaerna kita bertobat, Dialah juga yang memberi kebebasan, agar keputusan kita berubah itu sungguh tulus dan tidak terpaksa! Itulah cinta yang penuh resiko, karena manusia bisa saja menolak dan tidak mau taat kepada-Nya. Namun juga, karena dibebaskan, manusia justru memilih sendiri untuk taat kepada-Nya tanpa syarat. Itulah kebebasan yang membuat kita menjadi diri sendiri. Itulah cinta Tuhan yang pantas untuk dikenang!! Karena itu, cinta Tuhan itu dapat dikenang kalau kitapun mampu menjadi TANDA yang hidup dari CINTA TUHAN YANG MEMBEBASKAN. Konkretnya bagaimana? 

Konkretnya menjadi Tanda Cinta Tuhan itu tidak sulit! Mudah kalau kita mau! Cobalah selalu belajar "menawarkan" dalam segala hal, kepada pasangan hidup, kepada teman serumah, kepada anak-anak yang sudah remaja. Misalnya, "Mas, apa yang bisa saya bantu?" Pertanyaan itu membuat orang "terbuka untuk meminta tolong, tapi juga terbuka untuk memberi pertolongan tanpa terpaksa, dan orang yang ditolong juga tidak merasa ada pamrih! Pertanyaan itu khas kayaknya untuk karyawan "Customer Service", tapi bukankah model pertanyaan itu juga bisa menjadi "kebiasaan kita setiap hari?" 

Menjadi Tanda itu juga dapat mulai mengubah paradigma kita tentang orang cacat, miskin dan tidak berprestasi, dari paradigma "meremehkan" menjadi "mengistimewakan". Arinya, orang-orang yang dianggap tak berdaya itu justru sebenarnya memiliki "kekuatan untuk dicintai" karena situasi keterbatasannya membuka kesempatan untuk "diperhatikan, dirawat, dan dibantu dalam berbagai macam hal". Dalam kerapuhan dan kelemahannya mereka "mengundang kita untuk terlibat dalam hidupnya". Kalau cara pandang kita seperti itu, akan banyak orang yang dapat kita perhatikan. Itulah saat saat penuh rahmat Tuhan untuk melihat wajah-Nya dalam diri orang yang disingkirkan dunia karena tidak berprestasi. 

Moga moga hari ini makin banyak orang mau menjadi TANDA yang hidup, agar CINTA TUHAN menjadi kenyataan! 
http://suzumushi.files.wordpress.com/2009/03/rel-kereta-api.jpg
 ·  · Bagikan

Sabtu, 04 September 2010

Bola Jabulani curhat





Blasius Full Malam ini Bola Jabulani curhat, "Aku kok selalu jadi korban ya, ditendang ke sana kemari, lalu gooal! Aku sakit banget ditendang keras begitu, eh malah banyak orang berteriak-teria! Apalagi pagi ini, jangan salahkan aku kalau Belanda kalah. Tapi berikan pujian padaku, kalau Belanda menang! Kalau Spanyol menang, aku jauh lebih bangga, tapi jangan salahkan aku lagi, kalau Spanyol kalah!"


July 11 at 9:06pm  · Comment · Like


Nikolaus Yosep yang pasti ga ada yang kalah dan menang, smg yg ada kegembiraan dr sebuah permainan.
July 11 at 9:39pm · Like 

Galih Sita Adinta Holland...!
July 11 at 9:39pm · Like 

Dwi Novandari Chatarina sungguh .....ini suatu penghiburan bagi mereka yg kalah taruhan....sugeng dalu romo Blas......BD.
July 11 at 9:41pm · Like · 

Vera Hwan hahaha rm pinter deh ... ngga belanda ngga spanyol ... yg penting menikmati permainan ... seru kan ???
July 12 at 3:52am · Like · 

Ellot Restuwati hikshikshiks,jagoanku kalah jew Mo.Tapi tetep okey koq,walo kalah.Belanda tetep menang walo kalah.
July 12 at 4:42am · Like · 

Galih Sita Adinta ‎@bu Ellot: sependapat...tetap ada kemenangan dlm kekalahan..xixixi..
July 12 at 5:13am · Like 

Rona Maria Aku sih Romo jagoanku menang Spanyol....hehehe kali kurang doa mo...GBU
July 12 at 6:59am · Like 

Asteria Susi Romo..... kalah menang khan dan harus di syukuri...............kalau tidak menang ya kalah, kalau tidak kalah ya menang...........h eh ehe
July 12 at 10:50am · Like · 
Bottom of Form