WELCOME....

Ketidaksempurnaan hutan di lereng gunung menjadi pemandangan yang indah karena dilihat dari kejauhan. Ketidaksempurnaan manusia pun menjadi indah kalau kita bersedia menciptakan "jarak", agar jelas perbedaan antara engkau dan aku. Allah pun membuat "jarak" dengan manusia, yakni dengan menganugerahkan kehendak bebas untuk mengasihi, bukan untuk berbuat dosa! Jarak yang dibangun menuntut resiko ditolak

Selasa, 05 Oktober 2010

Tape Ketan Hitam Panurata

oleh Blasius Full pada 09 Januari 2010 jam 10:00

Sabtu pagi ini, Panurata naik sepeda karena mau menengok kantor CU "Cikal Bakal" yang berjarak 300 meter dari rumahnya. Dari kejauhan, Jerawati, yang rumahnya cuma 100 meter dari Panurata, kelihatan lari lari kecil memanggil manggil Panurata, "Akaaaaaang Panuuuu!" Panurata kaget, lalu berhenti dan menengok, siapa gerangan yang memanggil, sepertinya suara Jerawati! "Ah ternyata benar juga, orang satu itu, musuh bebuyatanku, tapi juga ya...teman banget!" batin Panurata. Katanya, "Iya...Jeng Trimbil, Kumaha damang, aduuh...sinarieun?" Dengan logat Sunda yang kental, Jerawati menyahut, "Idiiih Akang, pangestu Kang." Panurata mengajak Jerawati sekalian mampir Kantor CU-nya. "Ayo mampir ke kantor saja, kita ngobrol di sana ya!" Mereka berdua lalu berjalan sambil menuntun sepedanya ke kantor CU. 

Dalam perjalanan, Jerawati mengungkapkan isi hatinya, "Akang, aku kangen nih, pingin ngobrol ama Akang!" Jawab Panurata, "Haaah, kangen? Nggak salah denger nih?" Sahut Jerawati, "Iya...kangen ama judes dan galakmu!" Panurata balas, "Yee, emang penting apa kangen ama aku?" Jerawati membalas tak mau kalah, "Lagian, kalau orang kangen itu harus karena kepentingan apa?" Sahut Panurata, "Iyee, kan sudah ada Akang Trimbil, ngapain juga kangen ama aku?" Jawab Jerawati, "Lho, aku kangen kan cuma ama judes & galakmu, nggak seluruhnya, cuma sebagian tahu..!! Jadi, nggak usah GEER, deh...emang dirimu gantheng apa? Ngaca tuh, ngaca dulu.." Bantah Panurata, "Yeee, daripada Trimbil, ganthengan aku, dong!" Sahut Jerawati, "Iya aku tahu, dirimu mah gantheng pisan kalau di tengah kebun binatang dan lagi ngobrol ama monyet-monyet tuh! Ha ha ha ha!!" Muka Panurata langsung merah padam, "Sialan, loe!!" Panurata lalu mengajak Jerawati masuk, "Iya deh, aku kalah, tapi masih mau kan duduk-duduk di kantor CU?" Sahut Jerawati, "Iya, mau aja, no problem..!"

Panurata & Jerawati bincang-bincang di ruang tamu CU sambil ngobrol "ngalor ngidul". "Ayo dicicipi, ini tape ketan hitam, buatan sendiri Neng!" Jerawati terbengong, "Haah buatanmu sendiri? Nggak salah nih, sejak kapan dirmu bisa buat tape ketan?" Sahut Panu, "Yee, sudah lama, cuma aku nggak pernah bilang ama dirimu! Aku buat tape ketan ini sambil menambah pemasukan keluargaku. Jadi, kalau bilang denganmu waaah bisa bisa gratisan terus." Jerawati tertawa, "Enak aja, emang aku mau minta tape ketanmu tiap hari, apa? Aku tuh punya uang, tahuuu!!" Panurata menyahut, "Iya iya...tahu Neng, aduuh...tersungging ya he he he!!" Balas Jerawati, "Nggak tersungging, cuma gondhok tauu!!" Panurata mencoba menenangkan, "Iya deh minta maaf, kalau jadi gondhok...!" Sahut Jerawati,"Yeee..tumben minta maaf...!" Panurata menyahut, "Iyaa, terima kasih sudah dimaafkan!"

Panurata mencoba mengalihkan pembicaraan, "Omong-omong hidup kita ini mestinya seperti tape ketan lho!!" Jerawati terbengong, "Hah, seperti tape ketan? Nggak salah tuh?" Panurata lalu menjelaskan, "Begini, Jeng! Tape ketan itu prosesnya seperti biasa, seperti membuat tape dari ketela pohon. Setelah beras ketan itu kurang lebih 7 jam direndam, lalu dikukus, sampai "lem" dari beras itu keluar, kemudian beras itu dicuci sampai hilang "daya rekatnya" Setelah dikukus sampai matang, kemudian ketan itu didinginkan. Setelah benar benar dingin, barulah ketan itu diberi ragi secara merata, dan diperam sampai 3 hari. Setelah 3 hari, ketan itu akan mengeluarkan air dan terasa manis semuanya!" Jerawati mengangguk-angguk, "Oh begitu? Nah kenapa kenapa mesti menunggu ketan itu dingin baru diberi ragi?" Jawab Panurata, "Itulah kuncinya buat tape, kalau ketan itu masih terasa hangat, ragi itu tidak akan bisa membusukkan ketan dengan sempurna, karena masih ada panas di ketan itu. Ketan yang masih hangat itu cenderung "menolak" untuk diubah oleh ragi itu." Jerawati lalu mulai makin mengerti, "Yap...begitu juga manusia ya, kalau kepala tidak dingin, bagaimana bisa mendengarkan masukan orang lain ya?" Panurata mengangguk, "Naaaaah...betuuul...Jeng..Wah tambah bijaksana sekarang!" Jerawati tersipu sipu, "Aduuh..makasih pujianmu ya..kayaknya baru kali ini dirimu memujiku!" Panurata nyengir, "Iye, kupuji dirimu, karena kan sudah aman he he he...kalau dulu aku memujimu, waaah bisa payah!" Balas Jerawati,"Oh, maksudmu, kalau aku dipuji dirimu, aku terus GEER gitu dan mau menikah denganmu? Yeeee...tak usah ya...nggak usah ke GEER-an...! Sahut Panurata, "Yeee, aku mah nggak GEER tapi ngarep...!!" Jerawati pun tertawa, "Dasaarrr...daripada sendu, kunyanyikan lagu aja deh.."Terlambat sudah..kau datang padaku...!!" Panurata mendengar lagu itu tambah nyengir, "Pinter banget, sih ngeledhek orang?" Balas Jerawati, "Siapa dulu yang memulai?" Panurata cuma senyum kecut, "Maksudmu, kau yang memulai, kau yang mengakhiri??" Jerawati langsung senyum, "Waah kemajuan pinter nyanyi dangdut juga..." Tanpa basa basi, akhirnya Jerawati pamit pulang, "Kang Panu, thanks, ya..sudah ngobrol banyak, lumayan jadi seger nih...Aku pulang dulu ya..sorry mengganggu pekerjaanmu!"

Jerawat pulang dengan rasa segar kembali, dan Panurata pun rasanya makin penuh harapan menyelesaikan pekerjaan di akhir pekan ini.

1 komentar:

Jack mengatakan...

suatu nasehat yang indah.
terima kasih, menambah wawasan untuk pergaulan dalam bersiarah dalam hidup ini. Amin.